expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Senin, 27 Februari 2012

Belajar Bersyukur


Andai semua orang tahu bahwa hidup adalah anugrah,
tentu mereka tak kan pernah lupa untuk terus bersyukur
kepada-Nya..

Andai semua orang tahu bahwa mutiara iman adalah sebuah anugerah langka,
tentu banyak diantara mereka yang bersujud
karena takut terhadap-Nya..

Andai semua orang tahu bahwa nikmat berislam adalah anugerah berharga,
tentu sedikit diantara mereka yang durhaka dan
berpaling kepada-Nya..

Andai semua orang tahu bahwa aktivitas dakwah adalah kesempatan istimewa,
tentu banyak diantara mereka yang ikhlas
memperjuangan agama-Nya..

Sahabatku, mari kita belajar untuk terus bersyukur kepada Allah swt dengan taat-takut kepadaNya,
suka & benci karena-Nya, mengamalkan & memperjuangan sunnah rasul-Nya,
hingga kita memenangkannya atau binasa
karena memperjuangkannya.. 


Allah adalah sebaik-baik pemberi rizki,
maka terus berusalah agar kita bisa menjadi sebaik-baik penerima rizki..

Rabu, 22 Februari 2012

Kisah Bijak Para Sufi: Orang-Orang Buta dan Gajah

  


Dalam kitab Ad-Daulah al-Islamiyah karangan as-Syaikh Abu Ibrahim Taqiyuddin Muhammad bin Ibrahim bin Mushthofa bin Isma il bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad bin Nashiruddin an-Nabhani atau yang akrab dipanggil dengan nama as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, kita mendapati penjelasan yang begitu terang, jelas dan menakjubkan tentang metode perjuangan yang ditempuh Rasulullah saw dalam meraih kepemimpinan ditinjau dari sisi politis, sisi yang terkadang kerap tidak disoroti oleh kebanyakan umat islam saat ini.



Dalam muqodimah kitab tersebut, seorang ulama polymath (seorang mujtahid mutlak, expertis dalam bidang ushl fiqh, pemikir politik Islam, peletak dasar ilmu ekonomi Islam, penyusun konstitusi Islam) yang telah hafizh Qur'an sebelum usianya 13 tahun ini pun mewanti-wanti kita untuk sabar membimbing dan mengarahkan umat dalam memperkenalkan Islam, karena disadari atau tidak, umat islam sendiri telah banyak kehilangan memori tentang Islam dan memiliki persepsi/gambaran yang tidak utuh terhadap islam dan bentuk pemerintahan islam itu sendiri.



Umat saat ini hanya dapat menyaksikan sisa-sisa islam dengan fosil-fosil Pemerintahan Islam yang sudah dimuseumkan dengan rapi. Betapa sulit sekali bagi umat untuk memperoleh gambaran tentang Islam dan Pemerintahan Islam yang mendekati fakta sebenarnya, hal ini merupakan kondisi yang sangat wajar akibat persepsi umat telah dibangun secara tersistematis oleh standar sistem demokrasi terhadap Islam yang penuh dengan pengebirian dan pengkerdilan terhadap wujud Islam itu sendiri, apalagi diperparah dengan melemahnya kekuatan berpikir umat yang disertai dengan serangan bertubi-tubi tsaqofah Barat yang rusak dan merusakan.



Sahabat seperdjoeangan, mari kita bersama-sama menyimak sebuah kisah yang sejak berabad-abad lalu menjadi nasihat para Sufi kepada murid-murdinya, sebuah kisah yang menggambarkan kepada kita betapa pentingnya umat memahami Islam secara menyeluruh dan utuh, enggak setengah-setengah. selamat menikmati..



*** ***

Kisah Bijak Para Sufi: Orang-Orang Buta dan Gajah




Alkisah, di seberang Negeri Ghor ada sebuah kota. Semua penduduknya buta. Seorang raja beserta rombongannya lewat dekat kota itu; ia membawa pasukan dan berkemah di gurun. Raja itu mempunyai seekor gajah perkasa, yang digunakannya untuk berperang dan membuat rakyat kagum.



Penduduk kota itu sangat antusias ingin melihat gajah tersebut, dan beberapa dari mereka yang buta pun berlari untuk mendekatinya.



Karena sama sekali tak tahu rupa atau bentuk gajah, mereka hanya bisa meraba-raba, mencari kejelasan dengan menyentuh bagian tubuhnya. Masing-masing hanya menyentuh satu bagian, tetapi berpikir telah mengetahui sesuatu.



Orang buta pertama mendekati gajah. Ia tersandung dan ketika terjatuh, ia menabrak sisi tubuh gajah yang kokoh. “Oh, sekarang aku tahu!” katanya, “Gajah itu seperti tembok.”



Orang buta kedua meraba gading gajah. “Mari kita lihat...,” katanya, “Gajah ini bulat, licin dan tajam. Jelaslah gajah lebih mirip sebuah tombak.”



Yang ketiga kebetulan memegang belalai gajah yang bergerak menggeliat-geliat. “Kalian salah!” jeritnya, “Gajah ini seperti ular!”



Berikutnya, orang buta keempat melompat penuh semangat dan jatuh menimpa lutut gajah. “Ah!” katanya, “Bagaimana kalian ini, sudah jelas binatang ini mirip sebatang pohon.”



Yang kelima memegang telinga gajah. “Kipas!” teriaknya, “Bahkan orang yang paling buta pun tahu, gajah itu mirip kipas.”



Orang buta keenam, segera mendekati sang gajah, ia menggapai dan memegang ekor gajah yang berayun-ayun. “Aku tahu, kalian semua salah.” Katanya. Gajah mirip dengan tali.”



Sekembalinya ke kota, orang-orang yang hendak tahu segera mengerubungi mereka. Orang-orang itu tidak sadar bahwa mereka mencari tahu tentang kebenaran kepada sumber yang sebenamya telah tersesat.

Mereka bertanya tentang bentuk dan wujud gajah, dan menyimak semua yang disampaikan.



Orang yang menubruk bagian tubuh gajah yang kokoh ditanya tentang bentuk gajah. Ia menjawab, "Gajah itu besar, terasa kasar, luas, dan kokoh seperti tembok."



Orang yang tangannya meraba gading gajah berkata, "Engkau keliru, aku tahu yang lebih benar tentang bentuk gajah. Gajah itu mirip tombak bulat, licin dan tajam."



Orang yang meraba belalai gajah berkata, "Kalian berdua keliru, aku tahu yang lebih benar tentang bentuk gajah.

Gajah itu mirip ular menggeliat, mengerikan dan suka merusak."



Selanjutnya, orang yang memegang kaki gajah berkata, "Gajah itu kuat dan tegak, seperti batang."



Orang yang memegang telinga gajah berkata, "Gajah seperti kipas, lebar dan kasar."



Terakhir, orang yang memegang ekor gajah berkata, "Sudah kukatakan, kalian semua salah! Gajah itu berayun-ayun seperti tali!"



Demikianlah keenam orang buta itu bertengkar. Masing-masing tidak mau mengalah. Semua teguh dengan pendapatnya sendiri, yang sebagian benar, namun semuanya salah. Mereka semua hanya meraba bagian tubuh gajah yang berlainan, mereka tidak melihat keseluruhan hewan gajah itu sendiri, masyarakat pun ada yang percaya kepada yang satu dan tidak percaya kepada yang lain, ada juga yang tidak mempercayai kesemuanya dan ada sedikit yang bisa menyimpulkan keseluruhan pendapat para orang buta.



**** ****



Sahabatku,

Umat saat ini telah kehilangan gambaran yg utuh tentang Islam, mereka mengenali Islam dan memang diperkenalkan kepada Islam secara parsial saja oleh para pemandunya. Di satu sisi, ada yang memperkenalkan Islam hanya sebatas akhlak sehingga umat beranggapan bahwa Islam ya sebatas akhlak dan perbaikannya, di sisi yang lain ada yang memperkenalkan islam sebatas ibadah mahdlah sehingga umat beranggapan bahwa islam jauh dari pengurusan umat/politik dan merasa jijik ketika beraktivitas dengannya. Padahal, setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik umat bersentuhan dengan aktivitas politik dan menjadi korban akibat kesalahan basis dan derivat politik (baca: basis ideologi kapitalisme, derivat: demokrasi, sekularisme, liberalisme).



Tentu kita tidak mengatakan bahwa perbaikan akhlak, peningkatan kualitas-kuantitas ibadah adalah hal yang keliru, wah wah, jelas bukan itu yang dimaksud, karena keduanya tentu akan berganjar pahala dari Allah swt. Jangan salah paham dulu ya. Fokus pembahasan kita disini adalah kaitan atau hubungan antara persepsi & aktivitas parsial yang dilakukan umat dengan dampaknya kepada kebangkitan yang sejati. Pertanyaannya cukup sederhana, apakah dengan perbaikan individu dan peningkatan frekuensi serta amplitudo ibadah secara otomatis akan menghantarkan kita kepada kebangkitan?



Apakah keberhasilan memperbaiki individu (akhlak-ibadah) akan serta merta menjadikan umat sebagai masyarakat yang islami? sementara aturan yang diterapkan di negeri-negeri mereka adalah aturan kufur? sementara keamanan di dalam negeri mereka didominasi oleh orang kufur, fasik dan gemar melakukan maksiyat?



Jelas tidak, seribu kali tidak! kenapa?

karena unsur pembentuk individu sudah berbeda dengan unsur pembentuk masyarakat. Pilar-pilar individu adalah akidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Baik-buruknya individu sangat bergantung pada baik-buruknya unsur atau pilar pembentuknya. Sementara pilar-pilar masyarakat adalah pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Baik-buruknya masyarakat bergantung pada baik-buruknya pemikiran, perasaan, dan aturan-aturannya. karena unsur pembentuk keduanya berbeda, tentu upaya untuk memperbaiki masyarakat berbeda dengan upaya memperbaiki individu.





hufh, Sayang sekali bukan, jika potensi dan gelora kebangkitan umat teredam hanya karena persepsi parsial telah terbangun dan terhujam begitu mendalam di benak mereka. Dan lebih parah lagi, kemunduran berpikir umat ini malah dijadikan sebagai legitimasi dan pendalilan sebagian kalangan aktifis dakwah (sebagian, hanya sebagian kok ;) yang menolak secara halus untuk mendukung perjuangan penegakkan sistem syariah dalam rezim khilafah dengan metode kenabian (Syariah-Khilafah ala minhaj nubuwwah, bukan ala minhaj dimuqratiyah wa rosimaliyah-demokrasi kapitalisme) dengan alasan umat belum siap untuk menerima kebangkitan melalui perjuangan secara revolusioner dan totaliter.



Tentu, kita tidak bisa berdiam diri dan berpangku tangan membiarkan umat dan generasi baru ini tumbuh dengan persepsi yang tidak utuh dan aktivitas yang parsial karena hal ini sangat fatal jika dibiarkan berlanjut. Kemunduran berpikir umat yang telah menjadi salah satu faktor keterpurukan disegala bidang hendaknya menjadi sebuah faktor penguat kita untuk terus 'berdjoeang' menggoreskan pena kemuliaan (izzah) Islam, demi cinta kita yang begitu mendalam kepada umat, demi kedalaman aqidah kita yang menuntut 'perdjoeangan' yang tak kenal henti, dan ingat, umat tidak serta merta menggantungkan secercah harapannya diatas ufuk timur; karena mereka percaya sepenuh hati bahwa masa depan mereka tergantung kepada kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas yang kita lakukan mulai saat ini.



Sahabatku,

di pundak kurus kita umat menggantungkan harapan,

di kepalan tangan kita umat mengharapkan masa depan.

di lisan kita umat mengharapkan pencerahan,

di hati kita umat merindukan kasih sayang,

di mata kita umat melihat sebuah kejayaan,

di atas keberanian kita umat berlindung, bergerak dan bangkit menuju lorong kebangkitan yang penuh dengan lautan pahala dan negeri syurga yang kekal abadi, penuh kenikmatan hakiki.



Sahabatku,

jika kita terlahir bukan untuk menjadi pemenang atas pertarungan ideologi demi meraih peradaban yang hakiki, lantas untuk alasan apa kita lahir ke bumi ini? Bukankah kita dilahirkan sebagai pemenang? Bukankah kita dilahirkan untuk berjuang meraih kemuliaan dan kegemilangan umat di atas panji Islam, diatas Al-Qur'an dan as-Sunnah.



Sungguh jika suatu hari Khilafah tegak kembali, air mata kita pasti akan jatuh berlinang, hati kita akan riang tiada terperi karena perjalanan yang telah dititi. Perdjoeangan inilah yang akan menjadi kado amalan yang akan kita banggakan dihadapan Allah swt kelak, yaitu ketika di yaumil akhir nanti, Allah SWT brtanya kepada kita :



"Wahai fulan/fulanah, apa yang telah engkau lakukan di dunia sehingga Aku harus memasukanmu ke SyurgaKu?"



tentu kita semua berharap bisa berucap dengan penuh rasa bangga, air mata kita jatuh berlinang penuh cinta,

segala penderitaan yang kita alami di dunia lenyap seketika, karena balasan yang akan diberikan Allah swt kepada kita, sungguh jika saat itu tiba, kita memohon kepada Allah swt agar kita bisa berucap lirih :



" Duhai Allah.. telah ku jadikan hidupku sebagai pengabdian kepadaMu, telah kujadikan islam sebagai agama dan sistem hidupku, telah kujadikan Muhammad sebagai kekasihku dan suri teladanku, telah ku jadikan al-Qur'an petunjuk dan pedoman hidupku, dan telah ku jadikan hidupku sebagai perjuangan kepada umatMu, inilah persembahan

terbaikku,terimalah perjuangan hambaMu, ya Rabb..""



Wallahu'alam bi ash-shawwab.

Sabtu, 18 Februari 2012

Ibuku Pahlawanku..


Ibuku Pahlawanku..

Ibuku adalah orang yang paling hebat. Ia adalah pahlawanku. Aku bangga kepadanya.

Ibu tidak memiliki sayap dan tidak punya otot yang kuat. Tapi ia lebih hebat dari jagoan manapun.

Tanpa ibu, aku tak akan pernah ada di dunia.

Ibu mengandung dan membawa diriku di dalam perutnya selama Sembilan bulan.
Aku belum kuat tumbuh di luar.

Nyaman dan hangat sekali berada di dalam sana. Perut ibu jadi gendut dan berat.
Ibu merasa lelah, tapi ia tak pernah mengeluh.

Ketika aku lahir, ibu merasa sangat kesakitan. Tapi ibu tidak marah kepadaku.

Ibu malah tersenyum dan menangis.
Bukan karena sedih, tetapi karena bahagia.

Ibu memeluk dan menciumku. Pelukan pertama ibu menghentikan tangisku dan membuatku tenang.

Ibuku Pahlawanku..

Saat aku masih bayi, tak ada yang dapat aku lakukan. Jika aku ingin sesuatu, aku hanya bisa menangis.

Ibu segera memeluk dan mengayunku dalam dekapannya. Aku merasa nyaman berada dalam pelukan ibu.

Ibu selalu ada untukku. Malam haripun ibu sering terjaga dan menemaniku.

Saat aku lapar, haus, atau apabila popokku basah, ibu dengan sigap memenuhi kebutuhanku.
Meski mengantuk, ibuku berjaga setiap waktu.

Ketika aku sakit, ibu menjadi perawat nomor satuku.
karena badanku sakit, aku tidak berhenti menangis. Ibu tidak tidur karena berusaha menenangkanku siang dan malam.

Meski lelah, ibu tidak mengeluh.

Ibuku sangat pandai bernyanyi. Aku senang sekali mendengar nyanyian ibu.

Suaranya lembut, dan merdu sekali.

Ibu menyanyikan aku lagu tentang matahari, burung dan hujan.

Ibuku juga pandai bercerita.
Setiap malam ibu bercerita hingga aku tertidur. Tentang perahu keci, gajah dan kelinci.

Wajah ibu adalah yang pertama dan terakhir kulihat setiap harinya. Ibu selalu tersenyum.

Sekarang aku sudah besar. Lihatlah! Tubuhku sudah tinggi. Aku sudah bersekolah. Aku sudah dapat melakukan sesuatu sendiri.

Kata ibu aku adalah mataharinya yang shaliha. Aku tidak mengerti, tetapi aku senang menjadi anak shaliha.

Kata ibu karena itu aku disayang Allah.

Ibuku pahlawanku...

Aku akan membalas jasa ibu. Aku harus rajin belajar untuk meraih cita-citaku.

Aku berkata baik kepada ibu.
Aku selalu menuruti nasihat ibu.
Aku mendoakan ibu setiap hari.
Aku akan menjadi anak shaliha.

Aku sayang ibu dan ibu sayang padaku.
Kasih sayang ibu kepadaku besaaaar sekali, melebihi bumi dan planet-planet.

Sayangku pada ibu sepanjang matahari hingga Pluto. Kamu tahu planet terjauh itu bukan?

Aku selalu berdoa agar Allah Yang Maha Pengasih menyayangi ibuku.

Inilah doaku untuk ibu:

Allahummagh firlii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii saghiiraa

Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil.

(Cerita Inspiratif untuk si kecil menjelang tidur karya Aminah Mustari)


Kamis, 16 Februari 2012

Pahala.. Syurga.. Pahala.. Syurga..



kaki yang terluka karena tertancap duri kehidupan
akan lekas sembuh kembali.

pundak yang bungkuk karena berat dan besar amanah yang dipikul
akan segera tegak penuh kemuliaan.

tubuh yang letih karena panjang perjalanan yang ditempuh
akan terasa segar penuh ketenangan.

mata yang sembab karena himpitan ujian dan cobaan 
akan bersinar penuh cahaya kebahagiaan.

setiap butir airmata dan bulir peluh yang terjatuh di jembatan dunia
akan menjadi saksi atas balasan pahala yang disediakan Allah bagi mereka yang istiqomah di jalanNya.
pahala-syurga.. pahala-syurga.. pahala-syurga..amin, biidznillah.

Setangkai pucuk do'a untuk Sang Kekasih



peluit malam pun berbunyi,
tanda malam sudah dimulai.

di balik jendela langit angkasa luar,
ku dengar, pemuda-pemudi menyanyikan lagu cinta,
katanya demi menyiapkan hari spesial 14Februari bersama dambaan hati.

di belahan bumi yang lain,
ku lihat, pemuda-pemudi mencelupkan pena tinta,
katanya demi menyadarkan pemuda-pemudi yang dimabuk cinta.
dambaan umat.

hari kasih sayang akan menghias 7 milyar penduduk bumi,
simbol kekhidmatan di setiap relung pesona hati manusia.

hari kasih sayang benar-benar jadi euforia cinta,
tapi malah bermuara syahwat yang memperbudak manusia yang merdeka.

aku tersenyum sinis,
memang iya? tapi, kok cinta diobral dengan nafsu syahwat.
semurah itu kah harga sebuah permata berharga bernama cinta?
serendah itu kah derajat para 'pejuang yang mengatasnamakan cinta?

andai semua tahu, andai semua orang sadar,
bahwa cinta adalah belaian hangat Khadijah di atas tubuh gemetar Muhammad di kala wahyu pertama turun.

andai semua tahu, andai semua orang sadar,
bahwa cinta adalah dekapan terakhir Aisyah pada tubuh lemas Muhammad di kala Izrail mengucap salam kehormatan terakhir.

andai semua tahu, andai semua orang sadar,
bahwa cinta adalah kesetiaan tak terkira Fatimah pada kesederhanaan Ali yang istiqomah memupuk ridho tuhannya.

andai semua tahu, andai semua orang sadar,
bahwa cinta adalah ketika Mu'tasim billah menyahut seruan seorang Muslimah yang memanggil-manggilnya karena terdzolimi.

andai semua tahu, andai semua orang sadar,
bahwa cinta adalah ketika Sultan Abdul Hamid II menolak tawaran si zionis Hertlz atas Palestina karena kecintaan pada umat ini.

andai semua tahu, andai semua orang sadar,
bahwa cinta adalah ketika rasa rindu akan kedalaman iman membuahkan perjuangan tiada henti tuk membawa pulang cerita kejayaan umat, dengan kembalinya Khilafah Rasyidah..

peluit malam pun masih berbunyi,
tanda bulan masih bertengger di lengkung langit malam.

aku kembali larut dalam keheningan,
dalam bait-bait ilmu,
bab demi bab mulai antri.
demi sebuah kertas berstempel tanda kelulusan.

satu tahun, dua tahun, tiga tahun berlalu begitu cepat,
rasa-rasanya baru kemarin sore aku tiba di sini,
saat itu aku adalah remaja kurus yang rakus ilmu.
hingga kini aku baru sadar, hampir semua orang yang berjumpa memanggilku dengan gelar depan : " kang, a atau bahkan bapak"

ah, rasanya aku tak setua itu,
aku masih Fen2 kecil yang senang bermain kelereng & layangan,
aku masih Fen2 kecil yang tertawa ketika bahagia, menangis ketika bersedih.

tapi sudahlah, zaman memang terus berlari.
generasi harus terus baru,
karena peradaban membutuhkan kontribusi mereka.

setiap kita, akan terus memasuki dimensi kehidupan yang baru.
yang lahir tumbuh kuat,
yang muda berubah dewasa,
yang tua semakin senja,
hingga kembali ke titik nol.

akankah ini menjadi akhir perjalanan ilmu,
atau awal perjalanan yang baru.

peluit malam pun tetap berbunyi,
tanda bahwa bintang-bintang datang berkerlipan menemani bulan,

Ya Allah..
setiap hari ku persiapkan bekal & kado amalan untuk menemui-Mu,
sebenarnya aku malu, karena kado yang ku berikan pada-Mu sungguh tak sebanding dengan nikmat dan karunia-Mu kepadaku.
sungguh aku malu ya Rabb,

Allahu Robbi,
Bangunkan untukku dan keluargaku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Jannah, serta mudahkanlah kami dalam melangkah beriringan memenuhi panggilan-Mu.

Allahu Robbi,
Bangunkan pula untuk teman, sahabat, handai taulan, serta orang-orang yang setia di jalan-Mu sebuah rumah istimewa di samping kiri-kanan rumah Jannahku dekat dengan telaga Jannah.
agar pada hari itu, kami bisa tersenyum bahagia, puas akan kehidupan dan perjuangan yang dilalui.

Allahu Robbi,
sampaikan salam darku untuk kekasih-Mu, Rasul saw tercinta.
yang setiap malam selalu ku ingat namanya dan ku simpan namanya jauuuh di lubuk hatiku yang paliiing dalam. Tak ada satu pun yang boleh menggantikannya sedikit pun, di hatiku juga di mata-Mu..

Minggu, 12 Februari 2012

Istighfar


 
Istighfar

Ya Allah,
Engkau beri kami mata, tapi kami sering gunakan untuk melihat yang tidak pantas kami lihat; kami tidak menggunakannya untuk membaca ayat-ayat-Mu.

Engkau beri kami telinga, tapi kami sering gunakan untuk mendengar kata sia-sia; kami tidak menggunakannya untuk mendengar nasehat.

Engkau beri kami lidah, tapi kami sering gunakan untuk berbohong dan menggunjing; kami tidak menggunakannya untuk berdakwah, saling menasehati dalam kebenaran.

Engkau beri kami tangan, tapi kami sering gunakan untuk menzalimi orang dan menzalimi kami sendiri; kami tidak menggunakannya untuk menyingkirkan kemungkaran.

Engkau beri kami kaki, tapi kami sering gunakan untuk melangkah menuju tempat maksiat;  kami tidak menggunakannya untuk pergi berjihad.

Engkau beri kami akal, tapi akal itu jarang kami gunakan untuk memikirkan bagaimana berhukum dengan syari'at-Mu, akal kami yang liar justru sering memakainya untuk
 memikirkan hal-hal yang kotor dan licik.

Ya Allah, andaikata Engkau cabut itu semua?

Kalau Engkau cabut mata ini, bagaimana kami bisa melihat indahnya dunia?

Kalau Engkau cabut telinga ini, tentu bagi kami dunia ini akan sunyi tanpa nada dan irama?

Kalau engkau cabut lidah ini, tentu kami tak sanggup teriak minta tolong di kala ada marabahaya.
Kalau engkau cabut tangan kami, bagaimana akan menangkis serangan yang menghujam dada.

Kalau Engkau cabut kaki kami, kemana kami akan berlari ketika bencana melanda.

Dan kalau Engkau cabut akal kami, kami tak tahu apakah kami ini binatang atau manusia


Ya Allah..

Engkau beri kami usia hingga setua ini, tapi kami sering lalai hingga usia itu berlalu percuma.

Nafas demi nafas Engkau berikan, tapi tidak menjadi amal apapun jua.

Sehat lebih menyertai hari-hari kami, tapi tidak membuat kami ringan untuk berjihad.

Cahaya matahariMu menerangi kami setiap hari, tapi kami justru mencari kegelapan.

Bumi yang Kau sediakan untuk berpijak, sering kami injak-injak dengan penuh kesombongan

Langit yang Kau ciptakan sebagai atap, jarang mengingatkan kami kepada keagungan-Mu, padahal kami tidak pernah akan sanggup mengungkap rahasianya.

Ya Allah, kami sungguh ngeri.

bila detik-demi-detik yang telah Kau berikan, di akherat nanti menuntut mengapa dia kami sia-siakan.

bila setiap molekul oksigen-Mu yang pernah kami hirup dengan cuma-cuma, di hari kiamat nanti menuntut kami mengapa dia kami gunakan untuk maksiat kepada-Mu ya Allah.

bila kesehatan kami akan meringankan timbangan amal kami,
karena selama kami di dunia kami anggap ringan sehat pemberian-Mu ini ya Allah.

bila cahaya matahari-Mu membakar kami di padang mahsyar,
karena cahayanya yang ramah setiap pagi tidak menjadikan- kami mengingat kasih sayang-Mu.

bila bumi yang perkasa menghimpit kami di alam kubur,
karena selama di dunia kami dengan congkak berjalan di punggungnya

bila langit yang agung menimpa kami di hari kiamat,
karena kami lupa keangungan penciptanya.

Ya Allah…

Orang tua sangat menyayangi kami, tapi kami amper tak pernah membalas budi mereka.

Saudara dan kerabat menjaga kami  sejak kecil, tapi kami lama tidak bertutur sapa dengan mereka

Tetangga menjaga rumah kami kalau kami pergi, tapi kami jarang peduli dengan kesulitan mereka.

Teman sejawat selalu membantu, tapi kami hanya ingat padanya ketika kami butuh lagi pertolongan mereka.

Pasangan hidup mendampingi kami di kala suka dan duka, tapi kami sering berkhayal pada orang selain dia.

Anak-anak kami adalah harapan kami kelak,
tapi kami tidak memperkenalkan mereka pada Tuhan dan Rasul Teladan mereka.

Ya Allah, Bila engkau cabut nikmat ini,

Andaikata dulu ibu kami mengaborsi kami,
lewat siapa lagi kami harapkan curahan Kasihmu ya Allah?

Andaikata kerabat kami memusuhi kami,
lewat siapa lagi kami harapkan Kau menanggung kami ya Allah?

Andaikata tetangga kami tak lagi peduli pada kami,
lewat siapa lagi kami harapkan Kau jaga rumah dan keluarga kami ya Allah?

Andaikata teman sejawat kami mengucilkan kami,
lewat siapa lagi kami harapkan Kau beri kesempatan kami maju ya Allah?

Andaikata pasangan hidup kami selingkuh di belakang kami,
lewat siapa lagi kami harapkan cinta-Mu ya Allah?

Andaikata anak-anak kami semua durhaka melawan kami,
lewat siapa lagi kami harapkan kebahagiaan dalam hidup kami dariMu ya Allah?

Oh Ya Allah, Ampunilah kami ya Allah,
selama ini kami tak juga mensyukuri nikmat yang begitu besar ini ya Allah.

Ya Allah…

Engkau telah beri kami nikmat yang tak terhingga.

Engkau mengeluarkan kami dari rahim ibu kami tanpa membawa apa-apa.

Namun kini kadang-kadang ada makanan yang lezat terhidang di hadapan kami.

ada pakaian yang bagus menghiasi tubuh kami.

ada rumah tempat kami berlindung dari hujan dan terik matahari.

kami mudah menggunakan kendaraan ke tempat yang kami mau.

ada sejumlah uang di dompet atau rekening kami.

Dan ada pula sedikit banyak penghormatan yang disematkan orang pada kami.

Tapi mengapa kami masih suka mengeluh ya Allah, seakan nikmatMu tiada cukup.

Mengapa selama ini kami tak pandai mensyukurinya ya Allah?

Makanan lezat itu tidak membuat tubuh kami makin giat beribadah.

Pakaian bagus itu tidak membuat kami tergerak untuk menghias jalan-Mu.

Rumah megah itu tidak bercahaya oleh bacaan Qur'an dan Majlis orang-orang shaleh.

Kendaraan itu tidak membawa kami ke majlis ilmu maupun ladang-ladang jihad.

Uang yang banyak itu belum menjadi manfaat bagi kaum dhuafa atau anak-anak yatim.

Apalagi kehormatan ini, orang bertanya siapa yang telah mereguk manfaatnya.

Ya Allah…

Padahal mudah sekali bagiMu untuk meminta kembali apa yang Engkau titipkan.

Kau bisa kirim bakteri, sehingga makanan ini jadi berbahaya bagi manusia.

Kau bisa kirim jamur sehingga pakaian ini menjadi kusam dan busuk baunya.
Kau bisa kirim api, sehingga rumah ini terbakar sempurna.
Kau bisa kirim bencana, sehingga kendaraan itu rusak binasa.

Kau bisa kirim banyak masalah, sehingga uang yang banyak itu ludes seketika.

Kau bisa buka aib kami pada manusia, sehingga dari kehormatan itu justru malu yang ada.

Ya Allah, Engkau begitu menyayangi kami, sungguh kami manusia yang durhaka.

Ya Allah..

Kau curahkan ilmu kepada kami, tetapi ilmu itu belum banyak kami amalkan dan kami gunakan untuk membawa manusia agar selalu ingat kepada-Mu.

Kau mudahkan kami sholat, tetapi sholat itu belum membuat kami mampu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar; pula sholat kami jauh dari khusyu'.

Kau mudahkan kami puasa, tetapi puasa kami belum membuat kami mencintai orang-orang yang lapar dan dahaga bertahun-tahun lamanya.

Kau mudahkan kami shodaqoh, tetapi masih terselip perasaan riya' di dada.

Kau mudahkan kami berzikir, tetapi zikir kami sebatas di masjid dan rumah-rumah saja.

Sungguh malu kami menghadapMu ya Allah, apalagi memohon sesuatu kepadaMu.

Tapi bila tidak kepadaMu, kepada siapa lagi kami harus memohon?

Kabulkanlah permohonan kami yang hina berikut ini ya Allah..



Duhai Allah..

Jadikanlah mata ini penglihatanMu ya Allah, agar ia hanya melihat hal-hal yang halal dilihatnya.

Jadikanlah telinga ini pendengaranMu ya Allah, agar ia hanya mendengar hal-hal yang halal didengarnya.

Jadikanlah lidah ini gaung wahyuMu, agar manusia hanya merasakan kedamaian dan cinta dariMu.

Jadikanlah tangan ini perpanjangan Kasih SayangMu ya Allah,

Perjalankanlah kaki ini ke tempat-tempat yang Engkau ridha.

Dan selimuti akal ini selalu dalam cahaya kebijaksanaanMu – wahai Al-Hakim.



Duhai Allah

Jadikanlah agar ilmu yang Kau bagi pada kami, bermanfaat dan menyelamatkan kami di dunia dan di akherat

Jadikanlah agar harta yang Kau titipkan pada kami, selalu barokah bagi manusia, terutama kaum dhuafa

Jadikanlah agar jabatan yang Kau amanahkan pada kami, senantiasa kami gunakan untuk melayani ummat, melindungi yang lemah dan tertindas, dengan menerapkan syari’atMu

Jadikanlah keluarga kami keluarga yang penuh cinta, sakinah-mawaddah wa rahmah

Jadikanlah anak-anak kami anak-anak sholeh, yang doanya akan menerangi kubur-kubur kami

Jadikanlah makanan yang kami makan energi ibadah kami

Jadikanlah pakaian yang kami pakai, manifestasi ketaqwaaan kami



Duhai Allah

Berilah pada mereka yang kesempitan, hati dan dunia yang lapang

Berilah pada mereka yang sakit, kesembuhan dan sehat yang tidak melenakan

Berilah pada mereka yang miskin, kekayaan yang tidak melalaikan

Berilah pada mereka yang tertindas, kemerdekaan yang tidak memperdayakan

Berilah pada mereka yang sendirian, jodoh-jodoh yang kepadaMu akan saling mendekatkan



Duhai Allah

Berilah hidayah pada para pemimpin kami, agar mereka mengurus dan melayani kami dengan syariatMu yang penuh berkah, dan jadilahkan kami bersatu dalam menerapkan syariatMu ya Allah

Kami rindu dengan Rasulullah, dengan Khulafaur Rasyidin, dengan para Khalifah,
dengan keadilan, kemakmuran dan keberkahan yang diciptakan oleh penerapan SyariahMu,

dengan keberanian Thariq bin Ziyad ketika membakar kapalnya untuk menghapus keraguan pasukannya
dengan kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz sehingga rakyat tak ada lagi yang pantas menerima zakat.

dengan kejeniusan Harun ar-Rasyid ketika membangun pusat-pusat ilmu pengetahuan di Baghdad
dengan ketegasan al-Mu’tashim Billah yang menyerbu Romawi
untuk membela kehormatan seorang muslimah.

dengan kemuliaan jihad Salahuddin al-Ayubi ketika memperlakukan Richard Lion Heart yang terluka
dengan keyakinan Muhammad al-Fatih ketika masuk Konstantinopel untuk memenuhi nubuwah Rasul
dengan ketegasan Sultan Abdul Hamid ketika menolak tawaran-tawaran zionis di Palestina
Berilah kami nikmat sebagaimana Engkau telah beri nikmat kepada mereka ya Allah

Kami yakin bahwa RasulMu benar, Khilafah ala minhajin Nubuwwah akan datang lagi,
Berilah kesempatan kami untuk menyaksikan kebesaranMu itu ya Allah,
dan berilah kami kekuatan dan kesabaran untuk menyumbangkan harta dan jiwa kami dalam perjuangan itu.

Amien ya Rabbal Alamien
oleh : Fahmi Amhar,

Allah berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau selama berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku pasti akan memberikan ampunan kepadamu atas segala dosa-dosamu dan Aku tidak akan mempedulikan (kecil dan besarnya dosa). Wahai anak Adam, andaikata dosa-dosamu sampai ke Langit kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberikan ampunan kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh Bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku, tapi engkau tidak menyekutukan-Ku sedikit pun, maka pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh Bumi." (HR.At-Tirmidzi)