expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Kamis, 29 Agustus 2013

Welcome to The Dayak Island


#2nd - Daily Notes

Seorang pemimpin besar memiliki mimpi besar, karenanya ia diuji dan dihadapkan dengan realitas-realitas kehidupan yg akan mengukur seberapa besar mimpinya, seberapa kuat komitmennya. Mungkin, sepertinya itu adalah kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hatiku belakangan ini. Melintasi laut jawa, lalu akhirnya singgah di kawasan equator bumi yang panas menyengat, garis khatulistiwa. Di kala Shubuh, pagi, dhuha, siang, sore, magrib hingga menjelang malam lewat udaranya luar biasa panasss. Baru tujuh hari menginjakkan kaki disini, tiba-tiba merindukan tanah kelahiran yang dingin dan asri.. ups, gawat! ingat, sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai!  bisikku dalam hati, ok, siap.. tancap gas!    

"Selamat datang di pulau dayak, welcome to the dayak island!" Kata salah seorang pria gagah nan gundul yang mengaku sebagai suku Sunda yang sudah satu tahun merantau di Pulau Borneo. Di Bandung, mitos dan cerita-cerita mistik yang berkembang tentang suku dayak begitu dahsyat dan bahkan cukup kuat untuk membendung seseeorang untuk merantau ke pulau Kalimantan. Mitos santet, pelet, hingga mantra-mantra hitam adalah senjata yang harus diwaspadai oleh para perantau yang singgah di Pulau Borneo, katanya. Ternyata, setelah satu minggu tinggal dan menetap di sini, itu memang mi-tos.. ya ya, sekedar mitos. Orang-orang disini sangat ramah, tentu disertai dengan sikap kita yang santun dan tidak jumawa.    

Dua suku yang menghuni Pulau Borneo adalah suku melayu dan suku dayak. Mayoritas suku dayak beragama Khatolik, sementara suku Melayu beragama Islam. Sungguh menakjubkan, melihat dua agama besar yang bersatu. Mendengar nada dan logat percakapan mereka yang khas membuatku terhibur. Jujur, aku salut dengan kearifan lokal mereka yang menyatu dengan prinsip keagaman yang kental, mereka adalah kaum pribumi yang loyal dan hormat terhadap sesama. I supposed that Borneo is an amazing place in Indonesia!  

Selama ada kehidupan, pasti selalu ada kisah yang dapat diceritakan.. Ada sejarah yang dapat ditorehkan.. Ada impian yang menunggu untuk diwujudkan..

Ya Allah, aku tahu bahwa setiap langkah pasti meninggalkan jejak, ku harap jejak inilah yang akan mengingatkanku untuk tak henti berlari mengejar mimpi yang telah tertancap dalam sanubari. Menimba ilmu,  mengembara waktu, meniti jalan hidupku yang panjang dan berliku. Semoga hidupku yang satu kali ini memberi makna yang berarti bagi mereka yang mengenal dan mendo'akanku. 

Ya Allah, kini kian aku sadari bahwa apa yang ku cari ternyata tidak ada di bumi ini. karena yang ku cari adalah tatapan mata tujuh puluh tujuh bidadari, telaga air yang segar bertepi, taman hijau yang luas dan indah berseri, serta kehidupan abadi. dan ku mengerti, bahwa semuanya hanya akan ku dapati saat mengembara waktu menuju ridha-Mu.. LiLlah, BiLlah, ilaLlah.

Bersama milyaran bintang yang bersinggasana di langit kebesaranNya, ku bentangkan mimpiku, ku rendahkan sayap di lembah keanggunan malam, agar aku bisa memaknai satu persatu pengalaman ini yang terbentang dalam kitab hidupku.. Hidup itu menakjubkan, kawan..



#dalam catatan harian hidupku di Pulau Borneo..


Kamis, 22 Agustus 2013

Menggores Khatulistiwa

 
photo: google.com

#1st -daily note:

Dan waktu yang telah ditulis pun akhirnya tiba, mendebarkan, mengoyak dan menghujam ke dalam hati, itulah kira-kira rasanya ketika kita harus meninggalkan tanah kelahiran yang dihuni semenjak lahir hingga dewasa  menuju tempat asing yang baru, tempat yang benar-benar tak dapat terduga! 


Tepat saat ini, Jum'at, 23 Agustus 2013 pukul 00.30 wib, setelah letih beraktivitas di Jatinangor, setelah menyampaikan target hidup dan meminta do'a kepada rekan seperjuangan, akhirnya transit sejenak di Laboratorium eSPe Bandung. Ternyata, ruangannya masih sama, tidak banyak yang berubah. Lorong-lorong panjang di sepanjang koridor depan masih gelap dan remang, mesin-mesin bubut dan peralatan kimia hampir semuanya terlapis debu, semuanya tampak tidak lebih rapi dibandingkan satu tahun yang lalu, mungkin wajar, karena tahun lalu, disana ada seorang laki-laki bermuka tirus yang setiap hari melakukan eksperimen untuk menyelesaikan penelitian tingkat akhir dan begitu menyayangi lab tua peninggalan jaman Belanda itu. Baginya, Lab eSPe adalah rumah ketiga, setelah Masjid IbnuSina di Jatinangor. 

Di tempat ini ia berproses, di tempat ini pula ia mulai membentuk karakter seorang peneliti dan seorang pemimpi besar. Meski pun ternyata, mimpi besar yang ia bangun saat ini harus ia simpan hingga beberapa tahun ke depan. Istana mimpinya belum dapat ia bangun dengan sempurna.       

nah, Berbicara tentang pilihan menunda mimpi, mengingatkanku pada seorang kawan lama yang beranggapan telah mengubur dalam-dalam mimpi yang ia banggakan hanya karena terpaksa mengambil keputusan lain dibandingkan mewujudkan mimpinya. 
"Seorang pemimpin besar memiliki mimpi besar, karenanya ia diuji dan dihadapkan dengan realitas2 kehidupan yg akan mengukur seberapa besar mimpinya, seberapa kuat komitmennya" ucapku kepadanya..

Pesan yang sederhana, namun begitu sarat makna. Sebuah pesan yang membangun optimisme dan keyakinan bahwa kita pasti bisa melewati proses demi proses yang terbentang di depan kita, bahwa semakin besar dan berkualitas impian itu, maka semakin berat dan banyak ujian yang akan dihadapi, itulah yang namanya "prinsip kesebandingan".   

Lelaki romantis adalah lelaki yang memperjuangkan prinsip & visi hidup hingga "titik darah penghabisan terakhir" meski realitas-realitas kehidupan terus menerus menguji dan menertawakannya.

Selama ada kehidupan, pasti selalu ada kisah yang dapat diceritakan. Ada sejarah yang dapat ditorehkan. Ada impian yang menunggu untuk diwujudkan. 

bismillahirrahmanirrahim, bersiap menuju Jakarta untuk menjalani sebuah ekspedisi, menggores Khatulistiwa.
    

Selasa, 13 Agustus 2013

Pemuda-pemuda Sejuta Ambisi



Pemuda yang memiliki visi dan ambisi jauh lebih membanggakan daripada pemuda yang berprestasi namun minim visi. Meski ia tertatih-tatih dalam perjuangannya, namun ia menjadi inspirasi dan menjadi simbol apresiasi bagi keluarga yang dicintainya. Itulah pemuda sejati, pemuda kaya hati, dambaan banyak hati.


Berangkat dari pengalaman dan pantuan ternyata banyak sekali, loh pemuda-pemuda disekitar kita yang terkategori sebagai pemuda visioner tersebut. Namun, ya persis seperti apa yang saya katakan, sebagian besar pemuda-pemuda tersebut (saat ini, red) dalam kondisi dan situasi yang cukup memprihatinkan, khususnya dalam hal finansial. Kondisi finansial dengan karakter pemuda tersebut bagaikan dua kutub magnet berbeda yang berdekatan, sulit untuk dipisahkan!  

Ada dua hal yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi, pertama, karena mereka masih menjalani status sebagai mahasiswa yang notabene harus menjalani masa studi dan agenda perkuliahan yang padat-merayap, otomatis waktu luang yang semestinya dioptimalkan untuk menjalankan usaha produktif sangatlah sempit, bahkan dikatakan tidak ada sama sekali! kedua, karena adanya keputusan nekad mereka untuk terjun di dunia organisasi demi mengasah keterampilan, baik ilmu agama, leadership-management, building character, building confidence, time mastery dan seabreg softskill lainnya. 

Dengan adanya dua kondisi tersebut, akan sangat dipastikan dan dimaklumi jika mereka saat ini belumlah mampu memberikan jawaban yang maksimal ketika ditanya dalam hal finansial. Bukannya tanpa perhitungan, mereka yakin bahwa suatu saat setelah mereka meninggalkan bangku kuliah di universitas, pengorbanan dan kesabaran mereka selama ini tidak akan pernah sia-sia, saat itu mereka benar-benar siap menghadapi dunia dengan segala bekal yang telah mereka siapkan. Meski pun saat ini, mereka harus dipandang sebelah mata bahkan oleh komunitas mereka sendiri. 

Di ujung jalan ada pencapaian, di sana letak kebahagiaan. Terus bergeraklah wahai para pemuda, karena dunia membutuhkan kita, mari kita genggam cakrawala lalu katakan pada dunia, bahwa kita BISA!

Salam Membara!      


 

Tuhan, ini do'a mode otomatisku di setiap dasawarsa





Saat kita kecil dahulu kala,
kita begitu kaya akan rasa,
kita tak pernah putus dalam mencipta asa, 
tak pula kita jemu dalam mengucap kata,
untuk meyakinkan diri bahwa kita selalu dan pasti bisa!

Saat tumbuh memasuki usia muda,
kita dengan ceria menjalani masa yang penuh cerita,
walau seribu rintang dan sejuta goda,
kita tak pernah segan menantang dunia,
untuk membuktikan bahwa kita masih bisa!

Saat kita perlahan memasuki usia senja,
kita bertanya, kenapa semua cerita tak selalu sama,
entah kenapa setiap episode selalu berbeda,
ada kekhawatiran yang menyalip dalam sukma,
mungkin sebab dunia kini tak lagi mempesona,  

Tuhan,
ini do'aku,
yang bermode ulang otomatis di setiap dasawarsa, 
bahwa aku ingin kaya rasa,
hidup dengan segenggam asa,
bersama orang-orang yang kucinta,
karena saat aku kaya rasa, asa dan cinta,
saat itulah hakikatnya aku kaya raya, 




Minggu, 11 Agustus 2013

inikah dia



Rona itu menggodaku,
dalam sunyi terus menemani.
embun pun datang
diam, dingin dan pergi..

Senyuman itu merayuku,
dalam asa yang semu.
mentari pun beranjak pergi
dalam malam, sunyi dan sepi..

Entah ada pa dengannya...

Cintanya terlalu sulit dicerna,
dalam akalku yang membara,
semuanya melayang dan tak pasti..

Inikah dia..
Pesonanya meruntuhkan batinku,
dalam getar jiwa asmara,
terbuai indah dan damai..

by HNL

Selasa, 06 Agustus 2013

Never quit!




Banyak hal yang telah, sedang dan akan berubah. Bumi terus berputar, waktu pun segera berlalu. Dan aku termenung sambil bertanya, "kenapa dunia masih saja menertawakanku? Kenapa setiap niat baik selalu ada saja yang mencibir? kenapa setiap harapan tidak selalu berujung pada kepastian? Kenapa selalu saja ada keraguan yang menjadi tembok penambat ketulusan hati?"

  • Perlahan aku sadari, ternyata jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya telah lama tersembunyi dalam satu ruangan semu yang samar terlihat di depan mataku. Memaksaku untuk memulai kembali perjalanan hidupku dari titik nol menuju tak hingga, dari keterbatasan diriku menghadap awan di langit yang kelabu, mengitari zenit hingga ke nadir. Kini aku mengerti, bahwa tugas kita adalah mencoba dan memperjuangkan apa yang kita inginkan, meski pada akhirnya kita menemukan sebuah kenyataan yang pahit, kenyataan yang menyisakan luka, membuat kita semakin dewasa. ya, menjadi pribadi yang dewasa. 

    Kini yang harus aku lakukan adalah menutup rapat ruang-ruang kekhawatiran agar suatu hari nanti aku tak merasakan pahitnya penyesalan atas pilihan hidup yang kini aku ambil. Sungguh, aku ingin melangkah dalam gelap tanpa harus lenyap, untuk merengkuh rasa takut tanpa perlu surut. Melepas baju kekhawatiran yang menyelimutiku. 


    Ya Allah, begitu cepat waktu berlalu. Tak terasa ia hadir begitu saja, hingga akhirnya, Ramadhan tahun ini nyatanya menjadi penutup perjuanganku di dakwah kampus. Fase perjuangan yang menguji mentalku, membentuk kepribadianku, mematangkan cara berfikirku, melatih kedewasaanku. Sebagai seorang kader, aku harus siap meninggalkan fase ini agar ritme dan siklus kaderisasi berjalan seperti seharusnya. Tapi sebagai manusia, begitu berat rasanya jika harus meninggalkan orang-orang yang begitu berjasa besar dalam hidupku dalam waktu yang sesingkat ini. Masih banyak kontribusi yang ingin aku berikan, masih banyak tanggungjawab yang belum aku tuntaskan. Tapi, apalah daya, waktu pun mendikteku untuk perlahan memasuki fase perjalanan dakwah berikutnya, untuk menemukan ujian dan tantangan hidup di dunia yang baru. Ku harap, suatu hari nanti ku akan kembali ke tanah ini dengan kepala tegak, karena potensi diri yang melejit, karena value diri yang terus bertambah.

    Kini, aku tak takut lagi pada kumpulan masa depan yang berkelok, karena ku yakin arah perjalanan ini perlahan pergi menuju pada satu titik kecil yang akan terenda manis. Aku tak kan menyerah pada kenyataan dan ujian kehidupan, I will never quit!


Jumat, 02 Agustus 2013

Arti Pujian




Apa arti pujian?
Pujian adalah genangan cinta yang mengalir dari samudera hati
yang menjadikan bunga sakura bersemi di musim gugur.
(Sugiri Jafar)