Di
satu sudut kota Mekah, seorang pemuda hitam legam sedang terbaring sambil
terengah-engah menatap langit biru yang berenda awan tanpa ujung. Pandangannya
kosong, matanya menatap perih, bukan karena lelah bekerja atau bergembala di
tengah terik padang pasir, melainkan karena saat itu ia sedang disiksa oleh
sang majikan, Umayyah bin Khalaf yang kala itu geram karena tingkah laku
si budak hitam memeluk agama baru yang
dibawa oleh Muhammad bin Abdillah. Siapakah pemuda hitam yang kini tengah
menggeliat itu? Ya, betul. Ia adalah Bilal bin Rabbah sang muadzin
Rasulullah, si Habsyah hitam yang tak memiiki apa pun, bahkan tidak memiliki
diri dan hidupnya sendiri yang kemudian menjelma menjadi teladan keimanan,
pijar keteladanan perjuangan bagi umat muslim sampai saat ini.
Meski
saat itu ia adalah seorang budak, namun keteguhannya dalam beriman menyalip
derajat manusia-manusia yang bebas di mata Allah swt, meski saat itu ia adalah
seorang miskin papa, namun keteladanannya dalam perjuangan telah
menghantarkannya ke Syurga Allah yang super mahal, yang selalu didamba oleh setiap
jiwa. subhanallah, bayangkan, ketika
ubun-ubun bertopikan panas matahari, ditindihkanlah sebongkah batu besar ke
atas dadanya yang tipis. Ayunan cambuk yang menyobek kulit dan dagingnya menemani
hembusan angin padang pasir yang seakan lembut membelai tubuh kurusnya. Perih
terasa, namun ternyata tidak ada kata yang keluar dari lisannya kecuali ucapan
“Ahad… Ahad..” Allahu
akbar! Sungguh menakjubkan!
Kekuatan inspirasi seperti apa yang mampu membuatnya tegar sekokoh batu
karang di tengah deburan ombak yang ganas demi mempertahankan keimanannya?
Jenis motivasi seperti apa yang mampu menghantarkan seorang budak menjadi
manusia yang dikenang bumi, dan dimuliakan para penghuni langit? Apakah karena dorongan
untuk mendapatkan materi? Atau karena dorongan emosional semata? Tentu bukan. Mari
kita buka al-Qur’an dan perhatikan secara mendalam penggalan surat yang mampu
menyusup ke dalam hati siapa pun yang membaca dan merenungkannya :
“Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin
diri
dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka”
(QS
at-Taubah [9] : 111)
Al-quwwah ar-Ruhiyah- kekuatan motivasi
tiada henti, sumber inspirasi tiada batas
Inspirasi inilah yang dimiliki
oleh Bilal dan para sahabat lainnya, motivasi inilah yang menumbuhkan mentalitas
baja dalam jiwa setiap pejuang yang tak kenal lelah menyusuri terjalnya jalan
dakwah. Begitu dahsyatnya motivasi ini sebab bersumber dari segarnya bulir
keimanan, yang menjadikan keridhoan Allah swt sebagai pucuk tujuan (ghayah al-ghayah). Motivasi yang senantiasa mengasah militansi
dakwah para pejuang Islam. Motivasi untuk mengharapkan keridhoan Allah swt yang
akan berbalas pahala dan syuga. Nikmat syurga yang jika dibandingkan dengan
senikmat-nikmatnya kehidupan dunia sangatlah tak sebanding. Nikmat dunia jika
dibandingkan dengan nikmat syurga ibarat
setetes air dengan lautan yang sangat luas.
Penderitaan yang dialami ketika di dunia semasa menegakkan panji Islam pun
tak kan terasa, kaki yang terluka karena tertancap duri kehidupan akan lekas
sembuh kembali, pundak yang bungkuk karena berat dan besar amanah yang dipikul
akan segera tegak penuh kemuliaan. Tubuh yang letih karena panjang perjalanan
yang ditempuh akan terasa segar penuh ketenangan. Mata yang sembab karena himpitan ujian dan
cobaan akan bersinar penuh cahaya
kebahagiaan. Setiap butir airmata dan
bulir peluh yang terjatuh di jembatan dunia
akan menjadi saksi atas balasan pahala yang disediakan Allah bagi mereka
yang istiqomah di jalanNya. pahala-syurga, pahala-syurga, pahala-syurga,amin, biidznillah.
Ingatlah sahabatku, jangan sampai di yaumil akhir nanti kita menyesal
karena tak memiliki al quwwah ar-ruhiyah ini,
hingga hari demi hari kita habiskan dengan aktivitas sia-sia yang tidak
menghantarkan kita kepada keridhoan dan syurga-Nya, bahkan malah menjerumuskan
kita kepada kemurkaan dan azab neraka-Nya. Naudzubillah.
[#F4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar