expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Minggu, 16 Februari 2014

Sebuah pelajaran : rimba waktu




Kawan, maukah kau ku ingatkan tentang sebuah pelajaran sederhana? Kisah yang mengajarkan kita tentang betapa pentingnya waktu dan kesempatan yang kita miliki. Ini adalah kisah pemuda pengembara di sebuah negeri antah berantah yang mendapat titah dari gurunya untuk menjelajah rimba belantara. Sang guru memintanya untuk memotong sebuah dahan pohon terelok yang ia temukan, namun dengan satu syarat sederhana, ia harus terus berjalan maju dan tak boleh berjalan kembali ke belakang. 

Dengan ringan ia melangkahkan kakinya, sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta. Sambil berjalan, ia memperhatikan satu demi satu dahan yang ia temui. Baginya, semua dahan tampak kokoh dan elok. Ia terhenti di sebuah pohon besar dan tinggi. Ia mendongak dan memandang sebuah dahan yang paling menarik perhatiannya. Ia putuskan untuk naik dan membawa pulang dahan tersebut. Namun, sesaat sebelum ia memotong dahan tersebut, ia melihat dahan di pohon lain yang lebih bagus. Ia kembali turun dan menghampiri pohon di depannya, bergegas ia memanjat dengan penuh semangat karena merasa telah berhasil menemukan dahan paling bagus yang pernah ia temukan. Setelah berhasil sampai ke ujung batang pohon, ia melompat dan terkejut. Ternyata, dahan tersebut dipenuhi ulat bulu dan membuatnya rapuh! Ia merasa menyesal karena lebih memilih dahan yang jelek. Ia ingin sekali kembali ke pohon sebelumnya untuk mengambil dahan tadi, namun ia ingat pesan gurunya untuk tidak berjalan kembali ke belakang. Dengan penuh rasa penyesalan, ia kembali melangkah mencari dahan yang lain.

Lama ia berjalan, dan tak ada satu pun dahan yang menarik perhatiannya lagi. Semua dahan tampak sama dan tidak istimewa. Terkadang ia menemukan dahan yang terlihat kokoh dan elok, namun ternyata rapuh setelah disentuh. Ia memanjat dan turun lagi, ia mencari dan kecewa lagi. Terus berulang dan berulang. Di depannya tampak seberkas cahaya yang menandakan ujung rimbunnya rimba. Ia semakin gelisah dan akhirnya memutuskan untuk memotong sebuah dahan terakhir yang ia temui. 

Sesampainya di kediaman gurunya, ia tertunduk lesu dan menyerahkan potongan dahan yang ia pilih. Melihat air muka si pemuda, guru itu pun tersenyum dan menepuk pundak sang murid. Dengan nada pelan, ia berkata: 

"anakku, inikah dahan yang kau pilih?

"....." si pemuda diam dan semakin terbenam dalam kelesuan.

"kau yakin memberikan dahan seperti ini kepadaku?"

"tidak! maaf guru, sebelumnya aku telah menemukan dahan terelok yang pernah aku lihat, namun saat hendak aku memotongnya, aku melihat dahan lain. Aku mengira dahan di pohon itu lebih bagus, tapi ternyata tidak. Dahan-dahan lain pun ternyata tidak lebih bagus dari dahan itu!" ucapnya penuh penyesalan. 

"baiklah, akan ku beritahukan maksud apa yang ingin ku sampaikan kepadamu. Nak, ketahuilah, bahwa rimba yang engkau jamahi adalah waktu, sementara dahan yang kau potong adalah tombol-tombol kesempatan yang menghampirimu. Ketika dalam perjalananmu, engkau aku larang agar tidak boleh mundur kembali ke belakang, artinya aku ingin engkau paham, bahwa dalam perjalanan hidupmu, engkau tidak akan pernah bisa kembali ke waktumu yang lalu, barang sedetik pun! Lalu, saat kau paham agar tidak mengambil kembali dahan terbaikmu di belakang, artinya aku ingin memahamkan bahwa dalam hidup ini, engkau terkadang tidak bisa mengambil kembali kesempatan terbaik yang telah engkau lewatkan. Ambil kesempatan itu atau tinggalkan dan lupakan! itu adalah pilihanmu." 

"....." si pemuda diam dan tersenyum perlahan karena mulai mengerti pelajaran sederhana dari gurunya.    

-- -- -- --

       
itulah ceritanya, kawan. Cerita ini mengingatkanku tentang sebuah surat nan indah dalam kitab suci al-Qur'an. Allah swt berfirman :

"wal 'ashri, innal insana lafii husrin, illalladzina amanu wa 'amilush-sholihati, wa tawaa shaubil haqqi, wa tawaa shau bis-shobri." [QS al-Ashr : 1-3]

"demi waktu, sesungguhnya manusia ada di dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan yang beramal shaleh, yang saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran." [TQS al-Ashr: 1-3]

Dalam surat tersebut terdapat jenis wau qosham dan wau athof! wau qosham: Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang makna qosham yang Allah tunjukkan dalam al-Qur'an, bahwa posisi dan kedudukan objek yang di-qosham adalah istimewa, karena Allah swt tidak berqosham kecuali dengan sesuatu yang istimewa. Wau athof: yang bermakna rentetan amal paralel yang harus kita lakukan agar berlaku bijak terhadap sesuatu yang Allah telah istimewakan.

Kawanku, kita sudah begitu lama bercengkrama dengan waktu, namun kita seringkali mencampakkannya dan bahkan membiarkan berpuluh-puluh kesempatan baik berlalu begitu saja. Hari ini adalah momentum, esok pun juga. Untuk mengikrarkan kepada diri kita bahwa kita tak akan pernah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang datang kepada kita, bahwa kita tak akan membiarkan masa muda kita lenyap karena perbuatan sia-sia. Semoga hari esok kita bisa menemui kesempatan terbaik yang singgah di ruang tamu kehidupan kita. amiin. 


#dalam catatan harianku di tengah derasnya hujan ketiga di bulan ini. 
West Borneo, Ahad, 16/2/2014.    

    





Rabu, 29 Januari 2014

Sosok yang selalu menghiasi kebahagiaan




Wanita, adalah mahluk yang akan membuat laki-laki mempunyai kekuatan dalam menjalani hidupnya. keberadaannya akan selalu menjadi penyempurna atas berbagai kekurangan dan kelemahan laki-laki.

Wanita, sosok yang benar-benar bisa menjadi mitra, sahabat dan karib setia dalam hidup laki-laki. Senyumnya, suara lembutnya, parasnya, kesetiaannya adalah anugerah terbesar yang akan selalu disyukuri oleh seorang laki-laki.

Mendapatkan wanita dan menikahi wanita yang benar-benar menjadi impian laki-laki adalah sebuah anugerah yang akan melengkapi perjalanan hidupnya.

oleh karena itu, bagiku setiap laki-laki berhak bermimpi tentang setiap wanita yang diinginkan dalam hidupnya. bukan hanya itu dia juga berhak memperjuangkannya dan mendapatkan wanita yang benar-benar diinginkan dalam hidupnya.

Bukan hal hina, jika dalam satu fase laki-laki menghadapi penolakan wanita, karena wanita juga berhak menentukan pilihannya. yang terpenting dari seorang laki-laki adalah sikapnya yang tidak mudah menyerah dalam memperjuangkan wanita yang benar-benar diinginkan dalam hidupnya. Karena wanita adalah bagian dari anugerah laki-laki yang harus diperjuangkan dan dimilikinya.


By the next leader


taken from :
http://nuranibiru.blogspot.com/2013/10/sosok-yang-selalu-menghiasi-kebahagiaan.html

Rabu, 25 Desember 2013

Oh...Muslim Boy


Oh...Muslim Boy
By: Shukri

Oh…Muslim boy, Azan, Azan is calling.
Stop playing coins, come on to mosque for praying.
The sun has gone, the night, the night is coming.
Come back to home, prepare for Maqrib praying.

In the dark sky, full moon, full moon is shining.
Gaze at the sky, lot of the stars is twinkling.

Thank you Allaah, so nice, so nice for everything.
Alhamdulillah is the best word for praising.
Oh…Muslim boy,
Oh…Muslim boy,
I love you so.





Minggu, 22 Desember 2013

Titik Nol


Balai Sebut, West Borneo. Di antara rimbunnya rimba belantara yang menjadi perisai sinar terik dan panasnya udara khatulistiwa yang menyengat, di salah satu sudut terpencil, di tempat inilah aku membuat titik nol perjalanan hidupku. Hari-hari yang lalu adalah titik demi titik kuadran empat yang menghantarkan garis perjalananku ke titik nol ini. Titik dimana aku kembali melanjutkan perjalanan pasca kampus yang penuh kenangan dan romantika, titik dimana aku mengamati benih-benih yang pernah ku tanam di belantara waktu. Bukan untuk bersembunyi dari hingar bingarnya panggung dunia, bukan pula untuk lari dari semburat amanah yang dipercayakan, tapi aku hanya perlu waktu untuk sedikit bernafas dan mengintip lebih jernih peta hidupku yang kini terapung di samudera visi yang lebih besar dan dalam. Aku tak mau terhanyut terlalu lama dalam zona nyaman yang menghantui. Kelak, seorang lelaki akan menjadi suami dari seorang istri, dan menjadi ayah dari putera-puteri yang sholehah. Begitu pula denganku, aku ingin merasakan manis pahitnya saripati kehidupan, pengalaman berharga yang akan menaikkan level kedewasaan dan kemandirianku untuk memikul beban dan tanggung jawab yang lebih besar kelak. 

Aku tahu bahwa hidup ini bukan sekedar tentang aku, diri-ku, asa-ku, nafsu-ku, ambisi-ku, dan segala tentang ke-aku-anku. Aku sadar bahwa tanggungjawabku sebagai manusia, adalah lebih besar dan lebih mulia dari yang telah aku ingat. Tanggung jawabku adalah sama dengan apa yang telah dikabarkan Allah swt kepada para Rasul dan umatNya. Takwa adalah raport penentu kemuliaan ku disisi Allah swt, karenanya tak mudah untuk dilakui, tapi begitu mudah untuk dilalui. Begitu besar balasan yang didapatkan oleh mereka yang konsisten dengan amalan dan manifestasi ketakwaanya. Diantara tajam dan kejamnya dunia, kadang ku bergulat dengan retorika: Bisakah aku menjadi manusia paripurna yang hidup dengan ketakwaan sempurna? dapatkah aku menyematkan peniti kewibawaan milik para pemenang karena takwa? Mahasuci Allah yang Maha Mengetahui apa-apa yang tersembunyi dalam hati, firmanNya :

"fattaqulloha maastatho'tum wasma'uu wa athi'uu.." 
maka bertakwalah kamu kepada Allah sekuat-kuatmu dan dengarlah serta taatlah..
(at-taghabun: 16)

Itulah kata kuncinya! Takwa dengan sekuat-kuat takwa. Begitulah kita diperintahkan. Bukankah dunia ini memang sarana uji yang menentukan tempat kembali manusia?

"Alladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala, wa huwal 'azizul ghofur." Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)

ya Allah, ya Rahman.. lindungilah aku dari segala kejahatan syaitan yang membisiki, dari kecantikan wanita yang menghampiri, dari kenikmatan dunia yang memungkiri, dari kegemerlapan harta yang memurkai, dari ketidakacuhan manusia yang lupa menyayangi.

allahumma inni au'dzubika min syarri sam'i wa min syarri bashori, wa min syarri lisaani, wa min syarri qolbi, wa min syarri farji.Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kejelekan pendengaranku, kejelekan penglihatanku, kejelekan lisanku, kejelekan hatiku dan kejahatan kemaluanku.. 
allohumma thahhir qolbi minan-nifaaq, wa hash-shin farji minalfawaahisi..Ya Allah bersihkanlah hatiku dari sifat munafik dan jagalah kemaluanku dari perbuatan keji. 
allahumma a'zhim li nuron, wa a'thiniy nuron, waj'al li nuron..Ya Allah perbesarlah cahaya untukku, curahkanlah cahaya untukku dan jadikanlah aku sebagai cahaya.. 
 allahummaj'alni minash-sholihin..ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang saleh. 



    
     





Rabu, 18 Desember 2013

What would you prepare, dude?



One day, I went to a blue shiny river, long I stood and looked down one as deep as I could. I touched the ripples, I took a mirror of mine. Though that image like a shadow, a wondered one that made me like a stranger in this world. The reverie came to flew my mind. So deep and so oppressive. Suddenly, a leave just felt down and laid on the flowed layer. It broken the ripples, spread my focus, I looked again and guess what did I see? It was mirror of a rainbow, exact on my front! The phenomenon dispersed the light of sun into many beautiful colors. Oh, what a great being it is! 

It was like a sign. Such as those in a fairy tale. When things can speak and life like humans. “Hey, looked up! It’s a beautiful rainbow, is it?” It shouted. “Just go and talk to it that you want to know more about it.” It suggested. I ran as far as I could to reach the rainbow. So far I went, so close I got. I felt a great of feel that loaded my mind with happiness. But it felt obvious. When I reached the place, I minded with a question. Could I touch the rainbow as I could touch the water? yes I could, but It quite clear that I couldn’t feel it. It was a vision, but it’s an illusion. It’s simply this. 

Like my father said, this trickery world, a place for those who can face it without fall to depths of misery. I witnessed the scene, when the sky was getting darker and the sun was leaving. There were more questions that was waiting for me. What would you prepare, dude?  

Senin, 09 September 2013

Adzan Maghrib



Aku berdiri di bawah payung khatulistiwa,
menatap ufuk barat yang menelungkupkan senja 
langit adalah kitab yang terbentang,
dan saat ini aku tengah membaca satu goresan rona mentari, 
yang mengajarkanku tentang petuah alam,
arti bijak dan makna kedewasaan..
dalam memilih tombol-tombol pilihan,
yang tertanam dalam sejuta jalan, di antara persimpangan.

Seperti kemarin, aku mendengar adzan di saat muncul segaris merah..
bergema di antara atap-atap angkasa tanpa pilar,
menundukkan nafsu dan ambisiku,
mengajakku tuk kembali sujud dan tunduk kepada ilahi Rabbi,
adzan ini, mengisi kedamaian di bumi yang tanpa warna..

#mari shalat.. mari shalat...


07/09/2013 - Balai Sebut, Sanggau - Kalbar

Rabu, 04 September 2013

3rd note - Pit Stop



3rd – daily note

Apakah Anda penggemar Grand Prix? atau sesekali pernah menonton Grand Prix? Kejuaraan mobil super cepat Formula 1 yang diikuti oleh puluhan negara dan diminati oleh jutaan pasang mata di berbagai belahan dunia. Jika ya, selain mengenal siapa pembalap yang Anda Jagokan, Anda juga pasti mengetahui sebuah fitur paling menegangkan, yakni Pit Stop. Pit Stop merupakan salah satu fitur GrandPrix yang paling menegangkan sekaligus menarik. Menang dan kalah kerap ditentukan oleh pit stop dan pit crews. Bayangkan, hanya dalam hitungan detik, sejumlah aktivitas krusial harus dilakukan oleh pit crews dengan sempurna, tidak boleh ada satu kesalahan kecil sekali pun.

          Tingkat kerumitannya berada pada level advance, tidak percaya? Mari kita simak durasi dan aktivitas yang harus dikerjakan, pra, saat dan pasca pit stop. Satu lap sebelum jadwal memasuki pit stop, tim mengkonfirmasi pembalap untuk bersiap memasuki pit stop melalui radio. 10 detik, mobil balap memasuki jalur pit. 3 detik, mobil memasuki garasi. 0 detik (saat pit stop), pembalap mengatur gigi pada kondisi netral dan menginjak pedal rem. “wheel gun crews’ menggunakan senjata udara untuk mengangkat mur roda, pada saat yang sama, mobil diangkat dengan dongkrak. 1,5 detik, selang pengisi bahan bakar dihubungkan. 2 detik, wheel off crews mengangkat keempat roda, wheel on crews menempatkan roda baru. Crew yang lain membersihkan kaca helm. 3 detik, keempat roda sudah terpasang, wheel gun crews mengencangkan mur roda. Setelah selesai, mereka mengangkat tangan untuk memberi sinyal bahwa semua berjalan lancar. 4 detik, semua roda sudah terpasang, dongkrak menurunkan mobil. 5,5 detik, lollipop man memberikan sinyal kepada pembalap untuk memilih gigi satu. 6,5 detik, selang pengisi bahan bakar dicabut, dalam durasi 0,3 detik pembalap harus tancap gas. 7 detik, mobil berada di jalur lintasan, tutup bahan bakar tertutup otomatis, pembalap siap kembali ke arena balapan.


Banyak orang beranggapan bahwa semakin cepat durasi pit stop, semakin besar potensi untuk memenangkan balapan. Namun, cepat saja ternyata tidak cukup. Pit stop harus efektif, akurat dan cepat atau dengan kata lain, dilakukan oleh orang-orang yang cakap. Itulah pit stop  berkualitas. Begitu pun dalam perjalanan kehidupan kita, di sela kesibukan kita dalam menjalankan agenda kehidupan, ternyata ada baiknya kita menyempatkan waktu walau sejenak untuk memasuki jalur pit stop untuk melakukan pembenahan dan penyesuaian diri. Adakalanya kita terus menerus ‘kalah’ dalam berbagai ‘pertarungan’, baik dalam hal kuliah, dakwah juga maisyah.  Misalkan, IPK terus melorot, padahal sudah memasuki semester akhir. Amanah dakwah banyak yang tidak terselesaikan dan berujung tidak maksimal, bersamaan dengan kondisi keuangan yang seret. Lalu ditambah dengan adanya perasaan gundah akibat tidak kunjung mendapatkan kepastian untuk mendapatkan calon istri/suami yang diidamkan. Maka, ketika itu terjadi, mari kita coba tengok ke belakang, adakah satu dari beberapa tingkah laku kita yang menyalahi tikungan-tikungan rute visi hidup kita? Adakah niat kita yang berbelok dari garis awal keridhan Allah swt? Untuk siapa dakwah kita? atas alasan apa kuliah kita?  jika terdapat kekeliruan, maka tandai dan benahi agar di hari esok kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, jika tidak, maka jangan lantas bergembira, karena di depan, masih ada jalanan yang terjal dan berliku yang menunggu kita.

Memasuki jalur pit stop, artinya kita memantapkan kembali semangat dan amal agar sesuai dengan arena kita sebagai seorang muslim paripurna. Muslim yang memberikan ketaatan semata-mata hanya kepada Allah, menjalani ragam kehidupan dengan syariat yang Allah tentukan, dan menantikan kehidupan akhirat yang Allah gariskan. liLlah, biLlah, ilaLlah.

Beristirahat sejenak memang penting, namun jika terlalu lama akan mendatangkan celaka karena terlalu lama beristirahat artinya memberikan kesempatan bagi rasa malas untuk membombardir susunan keyakinan yang sudah ditata.  Seperti halnya dalam sebuah kapal, kemalasan bagaikan ton-ton jangkar penambat yang menyebabkan kapal tersebut malah teronggok dan tenggelam di sisi dermaga. Padahal sebuah kapal dicipta untuk berlayar di samudera biru yang luas menuju pulau yang dituju.  Kemalasan membuat kita berdiam diri terlalu lama hingga kehilangan gairah dan semangat untuk bergerak meraih pencapaian hidup, lalu membiarkan pohon impian kita berguguran menyisakan ranting-ranting penyesalan. 

‘Istirahat’ yang berkualitas adalah pit stop yang berkualitas, mari menjalani pilihan hidup dengan pertimbangan yang matang, dengan menjadikan dakwah sebagai poros usia, memilih pendamping hidup terbaik untuk kita jadikan sebagai partner dan ibu bagi anak-anak kita, serta memilih kesibukan yang berkorelasi dengan visi hidup kita. Berat atau ringan, semuanya melahirkan keputusan yang akan menentukan kehidupan kita nanti. 

The time to life at its simplest meaning, the crucial moment that determines our fate in living afterlife. Oh Allah, keep us in firm on the straight path and make us as inhabitant in Your eternal Jannah. Amiin, yaa mujibassa'ilin.


#dalam catatan harianku di Pulau Borneo