Pengaturan tim dalam sebuah organisasi adalah
hal mutlak yang diperlukan oleh setiap lembaga kemahasiswaan, tidak terkecuali
Lembaga Dakwah Kampus. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai mercusuar keislaman mahasiswa
sejatinya menjadi indikator seberapa hidup dan aktifnya kader-kader bergerak
dalam lansekap pergerakan mahasiswa. Selain harus didukung oleh sistem
organisasi yang unggul, Dakwah Kampus harus didukung oleh kader-kader yang
mumpuni dalam menjalankan tugas dan kinerjanya sebagai satu kepaduan yang
kompak membentuk sebuah tim yang didambakan oleh semua kalangan, sebuah tim
impian (The Dream Team). Bisa kita bayangkan, bagaimana jadinya jikalau dakwah kampus
tidak memiliki pola pengembangan dan pendidikan yang aplikatif dan unggul
ketika dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan klasik mau pun aktual. Tuntutan
masa studi yang cepat, misalnya, mengakibatkan sempitnya alokasi waktu yang
dimiliki para kader untuk melakukan pengembangan skill dan kompetensi yang
dimilikinya.
Sirkulasi kader yang relatif cepat mengharamkan terjadinya proses kaderisasi yang laun dan lambat, padahal durasi atau lamanya proses kaderisasi sangat mempengaruhi valensi dan mutu kader yang dibina. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh sistem organisasi yang unggul, tidak menutup kemungkinan terlahirlah kader-kader kilat atau yang biasa popular dengan sebutan “kader karbitan”. Disinilah budaya organisasi diuji.
Tim impian adalah
sebuah rumah yang dihuni oleh orang-orang yang memiliki visi dan semangat prima.
Mereka dibesarkan dengan etika organisasi yang dipegang teguh untuk dijadikan
sebagai komitmen bersama. Mereka dilatih dengan berbagai dinamika kepengurusan
yang terjadi tanpa diduga. Tim impian tidak berarti tak mengenal konflik, karena
mereka terdiri dari orang-orang unik dengan segudang pemikiran kritisnya. Adu argumentasi
adalah hal yang biasa. Mereka hidup dengan konflik yang elegan, yakni konflik
yang bersumber karena perbedaan cara pandang dalam kesamaan gagasan. Hal
tersebut mudah terjadi karena kritis dan taat adalah dua seragam yang
melengkapi kekuatan mereka. Mereka kritis terhadap permasalah-permasalahan yang
menimpa mereka, dan mereka taat serta patuh terhadap keputusan bersama. Mentalitas
dan kualitas diri mereka sangatlah teruji. Mereka harus
pandai menahan arogansi dan eksistansi diri, karena jika tidak maka runtuhlah
pondasi kekuatan mereka.
Ibarat sebuah tim dalam kesebelasan sepak bola, seorang penjaga gawang misalnya, dia hanya bertugas untuk menjaga tiang gawang agar tidak terjadi kebobolan, dia tidak akan berambisi dan tergoda untuk maju untuk melesakkan gol ke gawang lawan, karena ia tahu jika hal tersebut dilakukan, maka ia dan seluruh timnya bisa mendapatkan serangan balik yang secepat kilat akan berujung pada kekalahan tim.
Untuk menjadi tim impian, Dakwah kampus harus
memiliki sosok pemimpin yang memiliki karakter yang kuat, disiplin waktu,
percaya diri, ambisi, dan penuh visi (strong leadership). Sosok yang penuh
kharisma dan wibawa yang kuat, membuat tim bergerak tanpa asas keterpaksaan. Namun
sayangnya, tidak semua pemimpin memilki keterampilan memimpin, adakalanya ia
menjabat sebagai pemimpin tapi hanya menjadi
simbol organisasi yang tidak memiliki
kekuatan apa pun. Secara de jure, ia terdaftar
sebagai seorang pemimpin, tapi secara de facto, dia tidak memiliki kekuatan apa
pun untuk mengatur timnya. Bak pepatah mengatakan bahwa pemimpin tidaklah
dilahirkan, tapi ia diciptakan. Ini artinya, keterampilan memimpin bukanlah
bakat khas yang dimiliki oleh orang dengan identitas tertentu, bukan pula oleh orang
dengan posisi tertentu. Keterampilan memimpin didapat dengan pisau asah yang
tajam, proses tempaan yang lama dan berulang. Namun terkadang, kita tidak
terlalu sabar untuk menempuh proses panjang dan sulit tersebut.
Setiap diri kita berpeluang untuk memiliki kepemimpinan yang kuat (strong leadership), karena kita dipimpin oleh ide, tidak dipimpin oleh sosok. Artinya, kita semua memiliki ide Islam yang bersumber dari cahaya keimanan, ide Islam yang dituntun oleh Allah swt. Hal tersebut secara langsung akan membentuk kerangka berpikir kita untuk berproses menjalani pembelajaran hidup.
Sobat, untuk menjadi
pemimpin yang berwibawa dan berkharisma, kita tidak perlu memiliki jenggot yang
lebat, tubuh yang kekar dan jangkung. Jadilah pribadi dewasa yang sederhana, yang
tidak mencari kesempurnaan di mata manusia. Jadilah pribadi yang mencuri perhatian penduduk langit, pribadi yang tampil apa
adanya, namun tiada cela dimata Allah swt. Mari perbaiki niat diri, mari kita
berbenah.
SAYA - DAKWAH KAMPUS - SUKSES!!
Fenfen Fenda Florena – Fisika FMIPA UNPAD 2008
Ketua LDK DKM UNPAD 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar