Balai Sebut, West Borneo. Di antara rimbunnya rimba belantara yang menjadi perisai sinar terik dan panasnya udara khatulistiwa yang menyengat, di salah satu sudut terpencil, di tempat inilah aku membuat titik nol perjalanan hidupku. Hari-hari yang lalu adalah titik demi titik kuadran empat yang menghantarkan garis perjalananku ke titik nol ini. Titik dimana aku kembali melanjutkan perjalanan pasca kampus yang penuh kenangan dan romantika, titik dimana aku mengamati benih-benih yang pernah ku tanam di belantara waktu. Bukan untuk bersembunyi dari hingar bingarnya panggung dunia, bukan pula untuk lari dari semburat amanah yang dipercayakan, tapi aku hanya perlu waktu untuk sedikit bernafas dan mengintip lebih jernih peta hidupku yang kini terapung di samudera visi yang lebih besar dan dalam. Aku tak mau terhanyut terlalu lama dalam zona nyaman yang menghantui. Kelak, seorang lelaki akan menjadi suami dari seorang istri, dan menjadi ayah dari putera-puteri yang sholehah. Begitu pula denganku, aku ingin merasakan manis pahitnya saripati kehidupan, pengalaman berharga yang akan menaikkan level kedewasaan dan kemandirianku untuk memikul beban dan tanggung jawab yang lebih besar kelak.
Aku tahu bahwa hidup ini bukan sekedar tentang aku, diri-ku, asa-ku, nafsu-ku, ambisi-ku, dan segala tentang ke-aku-anku. Aku sadar bahwa tanggungjawabku sebagai manusia, adalah lebih besar dan lebih mulia dari yang telah aku ingat. Tanggung jawabku adalah sama dengan apa yang telah dikabarkan Allah swt kepada para Rasul dan umatNya. Takwa adalah raport penentu kemuliaan ku disisi Allah swt, karenanya tak mudah untuk dilakui, tapi begitu mudah untuk dilalui. Begitu besar balasan yang didapatkan oleh mereka yang konsisten dengan amalan dan manifestasi ketakwaanya. Diantara tajam dan kejamnya dunia, kadang ku bergulat dengan retorika: Bisakah aku menjadi manusia paripurna yang hidup dengan ketakwaan sempurna? dapatkah aku menyematkan peniti kewibawaan milik para pemenang karena takwa? Mahasuci Allah yang Maha Mengetahui apa-apa yang tersembunyi dalam hati, firmanNya :
"fattaqulloha maastatho'tum wasma'uu wa athi'uu.."
maka bertakwalah kamu kepada Allah sekuat-kuatmu dan dengarlah serta taatlah..
(at-taghabun: 16)
Itulah kata kuncinya! Takwa dengan sekuat-kuat takwa. Begitulah kita diperintahkan. Bukankah dunia ini memang sarana uji yang menentukan tempat kembali manusia?
"Alladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala, wa huwal 'azizul ghofur." Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)
ya Allah, ya Rahman.. lindungilah aku dari segala kejahatan syaitan yang membisiki, dari kecantikan wanita yang menghampiri, dari kenikmatan dunia yang memungkiri, dari kegemerlapan harta yang memurkai, dari ketidakacuhan manusia yang lupa menyayangi.
allahumma inni au'dzubika min syarri sam'i wa min syarri bashori, wa min syarri lisaani, wa min syarri qolbi, wa min syarri farji.Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kejelekan pendengaranku, kejelekan penglihatanku, kejelekan lisanku, kejelekan hatiku dan kejahatan kemaluanku..
allohumma thahhir qolbi minan-nifaaq, wa hash-shin farji minalfawaahisi..Ya Allah bersihkanlah hatiku dari sifat munafik dan jagalah kemaluanku dari perbuatan keji.
allahumma a'zhim li nuron, wa a'thiniy nuron, waj'al li nuron..Ya Allah perbesarlah cahaya untukku, curahkanlah cahaya untukku dan jadikanlah aku sebagai cahaya..
allahummaj'alni minash-sholihin..ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang saleh.