Senja turun di bukit cahaya,
mendesak satu persatu ujung pena rerumputan malam,
jiwaku masih saja mendaki menara malam yang curam,
seakan menari di antara celah impian manusia yang karam,
Diriku,
biarlah kau miskin harta,
juga miskin rupa,
asal jangan kau miskin rasa,
juga miskin air mata,
...
kau punya segenggam cinta dan airmata,
yang akan menumpahkan tinta dan derita,
yang akan menghiasi intan dan pelita,
mendesak satu persatu ujung pena rerumputan malam,
jiwaku masih saja mendaki menara malam yang curam,
seakan menari di antara celah impian manusia yang karam,
Diriku,
biarlah kau miskin harta,
juga miskin rupa,
asal jangan kau miskin rasa,
juga miskin air mata,
...
kau punya segenggam cinta dan airmata,
yang akan menumpahkan tinta dan derita,
yang akan menghiasi intan dan pelita,
kau punya sejuta rasa dan cinta,
yang akan menyalakan warna dan pena,
yang akan mencerahkan mutiara dan dunia,
yang akan menyalakan warna dan pena,
yang akan mencerahkan mutiara dan dunia,
Hujan turun di lembah kehidupan,
melindungi satu persatu pendaran sinar perjuangan,
hatiku masih saja terpaut pada satu bukit yang terpendam,
seakan meneduh di antara rindang angan-angan manusia yang telah karam.
melindungi satu persatu pendaran sinar perjuangan,
hatiku masih saja terpaut pada satu bukit yang terpendam,
seakan meneduh di antara rindang angan-angan manusia yang telah karam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar