3rd – daily
note
Apakah Anda penggemar Grand Prix? atau sesekali
pernah menonton Grand Prix? Kejuaraan mobil super cepat
Formula 1 yang diikuti oleh puluhan negara dan diminati oleh jutaan pasang mata
di berbagai belahan dunia. Jika ya, selain mengenal siapa pembalap yang Anda
Jagokan, Anda juga pasti mengetahui sebuah fitur paling menegangkan, yakni Pit
Stop. Pit Stop merupakan salah satu fitur GrandPrix yang
paling menegangkan sekaligus menarik. Menang dan kalah kerap ditentukan oleh pit
stop dan pit crews. Bayangkan, hanya dalam hitungan detik,
sejumlah aktivitas krusial harus dilakukan oleh pit crews dengan
sempurna, tidak boleh ada satu kesalahan kecil sekali pun.
Tingkat kerumitannya berada pada level advance, tidak percaya? Mari kita simak durasi dan aktivitas yang harus dikerjakan, pra, saat dan pasca pit stop. Satu lap sebelum jadwal memasuki pit stop, tim mengkonfirmasi pembalap untuk bersiap memasuki pit stop melalui radio. 10 detik, mobil balap memasuki jalur pit. 3 detik, mobil memasuki garasi. 0 detik (saat pit stop), pembalap mengatur gigi pada kondisi netral dan menginjak pedal rem. “wheel gun crews’ menggunakan senjata udara untuk mengangkat mur roda, pada saat yang sama, mobil diangkat dengan dongkrak. 1,5 detik, selang pengisi bahan bakar dihubungkan. 2 detik, wheel off crews mengangkat keempat roda, wheel on crews menempatkan roda baru. Crew yang lain membersihkan kaca helm. 3 detik, keempat roda sudah terpasang, wheel gun crews mengencangkan mur roda. Setelah selesai, mereka mengangkat tangan untuk memberi sinyal bahwa semua berjalan lancar. 4 detik, semua roda sudah terpasang, dongkrak menurunkan mobil. 5,5 detik, lollipop man memberikan sinyal kepada pembalap untuk memilih gigi satu. 6,5 detik, selang pengisi bahan bakar dicabut, dalam durasi 0,3 detik pembalap harus tancap gas. 7 detik, mobil berada di jalur lintasan, tutup bahan bakar tertutup otomatis, pembalap siap kembali ke arena balapan.
Tingkat kerumitannya berada pada level advance, tidak percaya? Mari kita simak durasi dan aktivitas yang harus dikerjakan, pra, saat dan pasca pit stop. Satu lap sebelum jadwal memasuki pit stop, tim mengkonfirmasi pembalap untuk bersiap memasuki pit stop melalui radio. 10 detik, mobil balap memasuki jalur pit. 3 detik, mobil memasuki garasi. 0 detik (saat pit stop), pembalap mengatur gigi pada kondisi netral dan menginjak pedal rem. “wheel gun crews’ menggunakan senjata udara untuk mengangkat mur roda, pada saat yang sama, mobil diangkat dengan dongkrak. 1,5 detik, selang pengisi bahan bakar dihubungkan. 2 detik, wheel off crews mengangkat keempat roda, wheel on crews menempatkan roda baru. Crew yang lain membersihkan kaca helm. 3 detik, keempat roda sudah terpasang, wheel gun crews mengencangkan mur roda. Setelah selesai, mereka mengangkat tangan untuk memberi sinyal bahwa semua berjalan lancar. 4 detik, semua roda sudah terpasang, dongkrak menurunkan mobil. 5,5 detik, lollipop man memberikan sinyal kepada pembalap untuk memilih gigi satu. 6,5 detik, selang pengisi bahan bakar dicabut, dalam durasi 0,3 detik pembalap harus tancap gas. 7 detik, mobil berada di jalur lintasan, tutup bahan bakar tertutup otomatis, pembalap siap kembali ke arena balapan.
Banyak orang beranggapan bahwa semakin cepat durasi pit stop,
semakin besar potensi untuk memenangkan balapan. Namun, cepat saja ternyata
tidak cukup. Pit stop harus efektif, akurat dan cepat atau
dengan kata lain, dilakukan oleh orang-orang yang cakap. Itulah pit
stop berkualitas. Begitu pun dalam perjalanan kehidupan kita, di sela
kesibukan kita dalam menjalankan agenda kehidupan, ternyata ada baiknya kita
menyempatkan waktu walau sejenak untuk memasuki jalur pit stop untuk
melakukan pembenahan dan penyesuaian diri. Adakalanya kita terus menerus
‘kalah’ dalam berbagai ‘pertarungan’, baik dalam hal kuliah, dakwah juga maisyah.
Misalkan, IPK terus melorot, padahal sudah memasuki semester akhir. Amanah
dakwah banyak yang tidak terselesaikan dan berujung tidak maksimal, bersamaan
dengan kondisi keuangan yang seret. Lalu ditambah dengan adanya perasaan gundah
akibat tidak kunjung mendapatkan kepastian untuk mendapatkan calon istri/suami
yang diidamkan. Maka, ketika itu terjadi, mari kita coba tengok ke belakang,
adakah satu dari beberapa tingkah laku kita yang menyalahi tikungan-tikungan
rute visi hidup kita? Adakah niat kita yang berbelok dari garis awal keridhan
Allah swt? Untuk siapa dakwah kita? atas alasan apa kuliah kita? jika
terdapat kekeliruan, maka tandai dan benahi agar di hari esok kita tidak
mengulangi kesalahan yang sama, jika tidak, maka jangan lantas bergembira,
karena di depan, masih ada jalanan yang terjal dan berliku yang menunggu kita.
Memasuki jalur pit stop, artinya kita memantapkan
kembali semangat dan amal agar sesuai dengan arena kita sebagai seorang muslim
paripurna. Muslim yang memberikan ketaatan semata-mata hanya kepada Allah,
menjalani ragam kehidupan dengan syariat yang Allah tentukan, dan menantikan
kehidupan akhirat yang Allah gariskan. liLlah, biLlah, ilaLlah.
Beristirahat sejenak
memang penting, namun jika terlalu lama akan mendatangkan celaka karena terlalu
lama beristirahat artinya memberikan kesempatan bagi rasa malas untuk
membombardir susunan keyakinan yang sudah ditata. Seperti halnya dalam
sebuah kapal, kemalasan bagaikan ton-ton jangkar penambat yang menyebabkan
kapal tersebut malah teronggok dan tenggelam di sisi dermaga. Padahal sebuah
kapal dicipta untuk berlayar di samudera biru yang luas menuju pulau yang dituju.
Kemalasan membuat kita berdiam diri terlalu lama hingga kehilangan gairah dan
semangat untuk bergerak meraih pencapaian hidup, lalu membiarkan pohon impian
kita berguguran menyisakan ranting-ranting penyesalan.
‘Istirahat’ yang berkualitas adalah pit stop yang berkualitas, mari menjalani pilihan hidup dengan pertimbangan yang matang, dengan menjadikan dakwah sebagai poros usia, memilih pendamping hidup terbaik untuk kita jadikan sebagai partner dan ibu bagi anak-anak kita, serta memilih kesibukan yang berkorelasi dengan visi hidup kita. Berat atau ringan, semuanya melahirkan keputusan yang akan menentukan kehidupan kita nanti.
The time to life at its simplest meaning, the crucial moment that
determines our fate in living afterlife. Oh
Allah, keep us in firm on the straight path and make us as
inhabitant in Your eternal Jannah. Amiin, yaa mujibassa'ilin.
#dalam catatan harianku di Pulau Borneo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar