Setiap
ku bertemu denganmu, dengannya dan dengan mereka, yang pertama kali ku lihat
adalah matamu, matanya dan mata mereka. Mata yang menuturkan indah perangaimu,
gelap pribadinya dan bias kebiasaan mereka. Semua patahan teka-teki yang
terangkai menjadi satu peristiwa yang berarti bagi mereka yang berusaha
menemukan makna di balik rasa sesal, penat, gundah dan putus asa.
Terhenyak
batinku dari sepi, saat kulihat sorotan matanya. Mata yang sudah lama ku
kenal sejak menginjakkan kaki di kampus. Inikah mata yang selama ini ku
impikan dalam hidup? Mata yang menatap
jauh dan dalam. Jauh seiring dengan
samudera ilmu yang ia layari dan begitu dalam bak palung pengalaman hidup yang
ia selami. Mata bening yang penuh ketegasan, kasih sayang dan penuh arti.
Mata yang memahami setiap kata
yang tak terucap, mata yang mampu membelokkan saluran irigasi kekesalan yang
ingin tumpah ruah karena tak tak tahu kepada siapa lagi jeritan dan kekosongan
ini hinggap. Aku benar-benar malu, saat berkas sinar mata itu terpantul
sempurna pada cermin kepalaku, membias diantara lensa, iris dan pupil mata
hingga terjun ke dalam relung jiwaku yang paling dalam. Berkas sinar itu
perlahan merayapi hatiku yang dingin dan gelap, ia memeluk satu pilar saraf
yang hampir terputus sehingga tersambung menjadi satu system yang utuh dan
normal. Rasanya hangat dan cerah, seakan ada mentari harapan yang menyiangi
sendi-sendi tubuhku yang aus. Sentuhannya tak asing lagi, seperti tongkat sihir
Dumbledore yang mengeluarkan uap
kebosanan, membuatku bertambah dewasa, membuatku tambah bijaksana.
Maafkan aku ya Allah, tak
semestinya aku bersikap seperti ini. Hari ini aku merasakan ada makhluk yang
cukup lama merasukiku, mengepakkan dahi, menguapkan semangatku dan dengan
angkuhnya berlalu meninggalkanku seorang diri. Aku kelimpungan mencari panglima
hidupku yang jauh tertinggal di belakang. Tak sudi lagi aku mencampakkannya.
Karena ku tahu bahwa ia selalu memimpin jalan pikirku, ia bersabar dalam
melatih ego dan nafsuku. kan ku pilih kembali tangga nada hidup yang telah lama ku simpan dan ku genggam. Setelah lama aku terbenam di antara debu-debu
penyesalan, kini ku tahu, begitu sayangnya Engkau padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar