#1st -daily note:
Dan waktu yang telah ditulis pun akhirnya tiba, mendebarkan, mengoyak dan menghujam ke dalam hati, itulah kira-kira rasanya ketika kita harus meninggalkan tanah kelahiran yang dihuni semenjak lahir hingga dewasa menuju tempat asing yang baru, tempat yang benar-benar tak dapat terduga!
Tepat saat ini, Jum'at, 23 Agustus 2013 pukul 00.30 wib, setelah letih beraktivitas di Jatinangor, setelah menyampaikan target hidup dan meminta do'a kepada rekan seperjuangan, akhirnya transit sejenak di Laboratorium eSPe Bandung. Ternyata, ruangannya masih sama, tidak banyak yang berubah. Lorong-lorong panjang di sepanjang koridor depan masih gelap dan remang, mesin-mesin bubut dan peralatan kimia hampir semuanya terlapis debu, semuanya tampak tidak lebih rapi dibandingkan satu tahun yang lalu, mungkin wajar, karena tahun lalu, disana ada seorang laki-laki bermuka tirus yang setiap hari melakukan eksperimen untuk menyelesaikan penelitian tingkat akhir dan begitu menyayangi lab tua peninggalan jaman Belanda itu. Baginya, Lab eSPe adalah rumah ketiga, setelah Masjid IbnuSina di Jatinangor.
Di tempat ini ia berproses, di tempat ini pula ia mulai membentuk karakter seorang peneliti dan seorang pemimpi besar. Meski pun ternyata, mimpi besar yang ia bangun saat ini harus ia simpan hingga beberapa tahun ke depan. Istana mimpinya belum dapat ia bangun dengan sempurna.
nah, Berbicara tentang pilihan menunda mimpi, mengingatkanku pada seorang kawan lama yang beranggapan telah mengubur dalam-dalam mimpi yang ia banggakan hanya karena terpaksa mengambil keputusan lain dibandingkan mewujudkan mimpinya.
"Seorang pemimpin besar memiliki mimpi besar, karenanya ia diuji dan dihadapkan dengan realitas2 kehidupan yg akan mengukur seberapa besar mimpinya, seberapa kuat komitmennya" ucapku kepadanya..
Pesan yang sederhana, namun begitu sarat makna. Sebuah pesan yang membangun optimisme dan keyakinan bahwa kita pasti bisa melewati proses demi proses yang terbentang di depan kita, bahwa semakin besar dan berkualitas impian itu, maka semakin berat dan banyak ujian yang akan dihadapi, itulah yang namanya "prinsip kesebandingan".
Lelaki romantis adalah lelaki yang memperjuangkan prinsip & visi hidup hingga "titik darah penghabisan terakhir" meski realitas-realitas kehidupan terus menerus menguji dan menertawakannya.
Selama
ada kehidupan, pasti selalu ada kisah yang dapat diceritakan. Ada
sejarah yang dapat ditorehkan. Ada impian yang menunggu untuk
diwujudkan.
bismillahirrahmanirrahim, bersiap menuju Jakarta untuk menjalani sebuah ekspedisi, menggores Khatulistiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar