expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Rabu, 25 Desember 2013

Oh...Muslim Boy


Oh...Muslim Boy
By: Shukri

Oh…Muslim boy, Azan, Azan is calling.
Stop playing coins, come on to mosque for praying.
The sun has gone, the night, the night is coming.
Come back to home, prepare for Maqrib praying.

In the dark sky, full moon, full moon is shining.
Gaze at the sky, lot of the stars is twinkling.

Thank you Allaah, so nice, so nice for everything.
Alhamdulillah is the best word for praising.
Oh…Muslim boy,
Oh…Muslim boy,
I love you so.





Minggu, 22 Desember 2013

Titik Nol


Balai Sebut, West Borneo. Di antara rimbunnya rimba belantara yang menjadi perisai sinar terik dan panasnya udara khatulistiwa yang menyengat, di salah satu sudut terpencil, di tempat inilah aku membuat titik nol perjalanan hidupku. Hari-hari yang lalu adalah titik demi titik kuadran empat yang menghantarkan garis perjalananku ke titik nol ini. Titik dimana aku kembali melanjutkan perjalanan pasca kampus yang penuh kenangan dan romantika, titik dimana aku mengamati benih-benih yang pernah ku tanam di belantara waktu. Bukan untuk bersembunyi dari hingar bingarnya panggung dunia, bukan pula untuk lari dari semburat amanah yang dipercayakan, tapi aku hanya perlu waktu untuk sedikit bernafas dan mengintip lebih jernih peta hidupku yang kini terapung di samudera visi yang lebih besar dan dalam. Aku tak mau terhanyut terlalu lama dalam zona nyaman yang menghantui. Kelak, seorang lelaki akan menjadi suami dari seorang istri, dan menjadi ayah dari putera-puteri yang sholehah. Begitu pula denganku, aku ingin merasakan manis pahitnya saripati kehidupan, pengalaman berharga yang akan menaikkan level kedewasaan dan kemandirianku untuk memikul beban dan tanggung jawab yang lebih besar kelak. 

Aku tahu bahwa hidup ini bukan sekedar tentang aku, diri-ku, asa-ku, nafsu-ku, ambisi-ku, dan segala tentang ke-aku-anku. Aku sadar bahwa tanggungjawabku sebagai manusia, adalah lebih besar dan lebih mulia dari yang telah aku ingat. Tanggung jawabku adalah sama dengan apa yang telah dikabarkan Allah swt kepada para Rasul dan umatNya. Takwa adalah raport penentu kemuliaan ku disisi Allah swt, karenanya tak mudah untuk dilakui, tapi begitu mudah untuk dilalui. Begitu besar balasan yang didapatkan oleh mereka yang konsisten dengan amalan dan manifestasi ketakwaanya. Diantara tajam dan kejamnya dunia, kadang ku bergulat dengan retorika: Bisakah aku menjadi manusia paripurna yang hidup dengan ketakwaan sempurna? dapatkah aku menyematkan peniti kewibawaan milik para pemenang karena takwa? Mahasuci Allah yang Maha Mengetahui apa-apa yang tersembunyi dalam hati, firmanNya :

"fattaqulloha maastatho'tum wasma'uu wa athi'uu.." 
maka bertakwalah kamu kepada Allah sekuat-kuatmu dan dengarlah serta taatlah..
(at-taghabun: 16)

Itulah kata kuncinya! Takwa dengan sekuat-kuat takwa. Begitulah kita diperintahkan. Bukankah dunia ini memang sarana uji yang menentukan tempat kembali manusia?

"Alladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala, wa huwal 'azizul ghofur." Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)

ya Allah, ya Rahman.. lindungilah aku dari segala kejahatan syaitan yang membisiki, dari kecantikan wanita yang menghampiri, dari kenikmatan dunia yang memungkiri, dari kegemerlapan harta yang memurkai, dari ketidakacuhan manusia yang lupa menyayangi.

allahumma inni au'dzubika min syarri sam'i wa min syarri bashori, wa min syarri lisaani, wa min syarri qolbi, wa min syarri farji.Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kejelekan pendengaranku, kejelekan penglihatanku, kejelekan lisanku, kejelekan hatiku dan kejahatan kemaluanku.. 
allohumma thahhir qolbi minan-nifaaq, wa hash-shin farji minalfawaahisi..Ya Allah bersihkanlah hatiku dari sifat munafik dan jagalah kemaluanku dari perbuatan keji. 
allahumma a'zhim li nuron, wa a'thiniy nuron, waj'al li nuron..Ya Allah perbesarlah cahaya untukku, curahkanlah cahaya untukku dan jadikanlah aku sebagai cahaya.. 
 allahummaj'alni minash-sholihin..ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang saleh. 



    
     





Rabu, 18 Desember 2013

What would you prepare, dude?



One day, I went to a blue shiny river, long I stood and looked down one as deep as I could. I touched the ripples, I took a mirror of mine. Though that image like a shadow, a wondered one that made me like a stranger in this world. The reverie came to flew my mind. So deep and so oppressive. Suddenly, a leave just felt down and laid on the flowed layer. It broken the ripples, spread my focus, I looked again and guess what did I see? It was mirror of a rainbow, exact on my front! The phenomenon dispersed the light of sun into many beautiful colors. Oh, what a great being it is! 

It was like a sign. Such as those in a fairy tale. When things can speak and life like humans. “Hey, looked up! It’s a beautiful rainbow, is it?” It shouted. “Just go and talk to it that you want to know more about it.” It suggested. I ran as far as I could to reach the rainbow. So far I went, so close I got. I felt a great of feel that loaded my mind with happiness. But it felt obvious. When I reached the place, I minded with a question. Could I touch the rainbow as I could touch the water? yes I could, but It quite clear that I couldn’t feel it. It was a vision, but it’s an illusion. It’s simply this. 

Like my father said, this trickery world, a place for those who can face it without fall to depths of misery. I witnessed the scene, when the sky was getting darker and the sun was leaving. There were more questions that was waiting for me. What would you prepare, dude?