expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Senin, 09 September 2013

Adzan Maghrib



Aku berdiri di bawah payung khatulistiwa,
menatap ufuk barat yang menelungkupkan senja 
langit adalah kitab yang terbentang,
dan saat ini aku tengah membaca satu goresan rona mentari, 
yang mengajarkanku tentang petuah alam,
arti bijak dan makna kedewasaan..
dalam memilih tombol-tombol pilihan,
yang tertanam dalam sejuta jalan, di antara persimpangan.

Seperti kemarin, aku mendengar adzan di saat muncul segaris merah..
bergema di antara atap-atap angkasa tanpa pilar,
menundukkan nafsu dan ambisiku,
mengajakku tuk kembali sujud dan tunduk kepada ilahi Rabbi,
adzan ini, mengisi kedamaian di bumi yang tanpa warna..

#mari shalat.. mari shalat...


07/09/2013 - Balai Sebut, Sanggau - Kalbar

Rabu, 04 September 2013

3rd note - Pit Stop



3rd – daily note

Apakah Anda penggemar Grand Prix? atau sesekali pernah menonton Grand Prix? Kejuaraan mobil super cepat Formula 1 yang diikuti oleh puluhan negara dan diminati oleh jutaan pasang mata di berbagai belahan dunia. Jika ya, selain mengenal siapa pembalap yang Anda Jagokan, Anda juga pasti mengetahui sebuah fitur paling menegangkan, yakni Pit Stop. Pit Stop merupakan salah satu fitur GrandPrix yang paling menegangkan sekaligus menarik. Menang dan kalah kerap ditentukan oleh pit stop dan pit crews. Bayangkan, hanya dalam hitungan detik, sejumlah aktivitas krusial harus dilakukan oleh pit crews dengan sempurna, tidak boleh ada satu kesalahan kecil sekali pun.

          Tingkat kerumitannya berada pada level advance, tidak percaya? Mari kita simak durasi dan aktivitas yang harus dikerjakan, pra, saat dan pasca pit stop. Satu lap sebelum jadwal memasuki pit stop, tim mengkonfirmasi pembalap untuk bersiap memasuki pit stop melalui radio. 10 detik, mobil balap memasuki jalur pit. 3 detik, mobil memasuki garasi. 0 detik (saat pit stop), pembalap mengatur gigi pada kondisi netral dan menginjak pedal rem. “wheel gun crews’ menggunakan senjata udara untuk mengangkat mur roda, pada saat yang sama, mobil diangkat dengan dongkrak. 1,5 detik, selang pengisi bahan bakar dihubungkan. 2 detik, wheel off crews mengangkat keempat roda, wheel on crews menempatkan roda baru. Crew yang lain membersihkan kaca helm. 3 detik, keempat roda sudah terpasang, wheel gun crews mengencangkan mur roda. Setelah selesai, mereka mengangkat tangan untuk memberi sinyal bahwa semua berjalan lancar. 4 detik, semua roda sudah terpasang, dongkrak menurunkan mobil. 5,5 detik, lollipop man memberikan sinyal kepada pembalap untuk memilih gigi satu. 6,5 detik, selang pengisi bahan bakar dicabut, dalam durasi 0,3 detik pembalap harus tancap gas. 7 detik, mobil berada di jalur lintasan, tutup bahan bakar tertutup otomatis, pembalap siap kembali ke arena balapan.


Banyak orang beranggapan bahwa semakin cepat durasi pit stop, semakin besar potensi untuk memenangkan balapan. Namun, cepat saja ternyata tidak cukup. Pit stop harus efektif, akurat dan cepat atau dengan kata lain, dilakukan oleh orang-orang yang cakap. Itulah pit stop  berkualitas. Begitu pun dalam perjalanan kehidupan kita, di sela kesibukan kita dalam menjalankan agenda kehidupan, ternyata ada baiknya kita menyempatkan waktu walau sejenak untuk memasuki jalur pit stop untuk melakukan pembenahan dan penyesuaian diri. Adakalanya kita terus menerus ‘kalah’ dalam berbagai ‘pertarungan’, baik dalam hal kuliah, dakwah juga maisyah.  Misalkan, IPK terus melorot, padahal sudah memasuki semester akhir. Amanah dakwah banyak yang tidak terselesaikan dan berujung tidak maksimal, bersamaan dengan kondisi keuangan yang seret. Lalu ditambah dengan adanya perasaan gundah akibat tidak kunjung mendapatkan kepastian untuk mendapatkan calon istri/suami yang diidamkan. Maka, ketika itu terjadi, mari kita coba tengok ke belakang, adakah satu dari beberapa tingkah laku kita yang menyalahi tikungan-tikungan rute visi hidup kita? Adakah niat kita yang berbelok dari garis awal keridhan Allah swt? Untuk siapa dakwah kita? atas alasan apa kuliah kita?  jika terdapat kekeliruan, maka tandai dan benahi agar di hari esok kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, jika tidak, maka jangan lantas bergembira, karena di depan, masih ada jalanan yang terjal dan berliku yang menunggu kita.

Memasuki jalur pit stop, artinya kita memantapkan kembali semangat dan amal agar sesuai dengan arena kita sebagai seorang muslim paripurna. Muslim yang memberikan ketaatan semata-mata hanya kepada Allah, menjalani ragam kehidupan dengan syariat yang Allah tentukan, dan menantikan kehidupan akhirat yang Allah gariskan. liLlah, biLlah, ilaLlah.

Beristirahat sejenak memang penting, namun jika terlalu lama akan mendatangkan celaka karena terlalu lama beristirahat artinya memberikan kesempatan bagi rasa malas untuk membombardir susunan keyakinan yang sudah ditata.  Seperti halnya dalam sebuah kapal, kemalasan bagaikan ton-ton jangkar penambat yang menyebabkan kapal tersebut malah teronggok dan tenggelam di sisi dermaga. Padahal sebuah kapal dicipta untuk berlayar di samudera biru yang luas menuju pulau yang dituju.  Kemalasan membuat kita berdiam diri terlalu lama hingga kehilangan gairah dan semangat untuk bergerak meraih pencapaian hidup, lalu membiarkan pohon impian kita berguguran menyisakan ranting-ranting penyesalan. 

‘Istirahat’ yang berkualitas adalah pit stop yang berkualitas, mari menjalani pilihan hidup dengan pertimbangan yang matang, dengan menjadikan dakwah sebagai poros usia, memilih pendamping hidup terbaik untuk kita jadikan sebagai partner dan ibu bagi anak-anak kita, serta memilih kesibukan yang berkorelasi dengan visi hidup kita. Berat atau ringan, semuanya melahirkan keputusan yang akan menentukan kehidupan kita nanti. 

The time to life at its simplest meaning, the crucial moment that determines our fate in living afterlife. Oh Allah, keep us in firm on the straight path and make us as inhabitant in Your eternal Jannah. Amiin, yaa mujibassa'ilin.


#dalam catatan harianku di Pulau Borneo


   


Senin, 02 September 2013

Ekspektasi





aku memimpin
dalam riak kegamangan bahtera
sejenak kutatap penuh suka
tarian sang surya dalam buaian awan..

Aku mengerti
redupnya cahaya
melahirkan banyak kegamangan bahkan juga kebencian
karena semuanya
adalah tentang kesempurnaan..

maka aku harus memilih
di antara rimbunan ketidakpastian
karena semuanya
adalah tentang tanggungjawab..

by HNL


Minggu, 01 September 2013

Perjalanan yang Tak Terduga


picture : Ruth Tay

Matahari pagi menyiangi bumi,
aku berjalan diantara kelokan sungai yang membeku,
di atas jejalan batu yang menjadi prasasti alam 
yang tiada pernah dirindu,

ku tutup mataku, berharap ada kedamaian 
yang singgah dalam ruang tamu hatiku, 
tiba-tiba.. tanpa kuduga,
ku rasakan angin menuntun mata hatiku,
ia memegang jemariku, perlahan penuh kelembutan, 
lalu menarik leherku dengan selendang tanpa warna,
tanpa rasa, tanpa airmata... 

ku buka mataku, 
oh Tuhan, bening.. 
hatinya bening sekali, tak tampak keruh seperti sungai ini..
ia tersenyum, melihat burung-burung dara 
yang mengitari mahkota keindahannya..
lenyaplah sudah kegelisahan dalam hatiku, 
berganti menjadi rona yang memantulkan cahaya mentari..  
yang menyebar karena terbias sinar indahnya, 

ku tutup lagi mataku, 
oh Tuhan, hilang.. 
ia menghilang, tak lagi tampak di hadapanku..
aku bertanya pada riak sungai dan serakan daun, 
namun mereka diam..
sambil terguncang, sang sungai akhirnya angkat bicara,
ia mengatakan kemana sang angin pergi lewat riak cerminnya,
rupanya ia telah pergi bersama burung-burung dara, 
melanjutkan mimpinya untuk mengembara ke tanah mulia,  

aku berjalan diantara kelokan sungai yang masih membeku,
di atas jejalan batu yang menjadi prasasti yang akan aku rindu,
kemana angin berhembus, disanalah aku menuju..

aku rindu pada lukisan pagi yang cerah terbayang,
aku rindu pada siluet senja yang indah membayang,

Sahabat, seandainya engkau kembali ke sini,
kan ku ajak engkau menari bersama pagi,
kan ku ajak engkau berlari menyalip sinar mentari,
namun engkau tak lagi ada disampingku.
di sini aku menantimu, wahai sahabat