expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Kamis, 30 Mei 2013

Puisi Perpisahan





Setengah dasawarsa yang lalu 
perjalanan kecil ini dimulai, 
Dengan segumam asa 
hingga menjadi satu teriakan yang membahana.

Tak ada satu pun janji yang terakad, 

tak juga satu kata yang terucap, 
 kecuali janji dan kata setia 
untuk menggapai satu ranting impian 
yang dulu sempat tergumam. 
Bukit itu yang kini mulai terlihat dibalik lensa kaca.  

Ku untai satu persatu kata dalam tulisan ini 
bersama sejumput kelelahan 
yang mulai merayap ke seluruh sendi.
Aku lelah, namun aku masih tahu arah,
Aku jemu, namun tak ku ambil jalan yang keliru.

Aku hanya bisa terpejam,
 saat penat mematuki selingkar pita,
aku nikmati rasa sakit, aku temani rasa perih,

luka adalah temanku,
lelah adalah sahabatku, 
karena luka selalu mengingatkanku atas kelemahanku,
karena lelah selalu mendorongku 
untuk mengejar mimpi dan cita-citaku...





Setiap hari ku persiapkan bekal untuk bisa kembali ke sana,
Setiap detik ku isi dengan melejitkan valensi diri,
Ku lahap semua ilmu yang ku perlukan,
Ku bentangkan ilmu yang ku sajikan.

Saat ini,
Aku hanya mampu membawa biji-biji melati,
telah ku tanam di antara gundukan tanah di kebun-kebun waktu.  

Ketika suatu hari nanti, 
Ketika saat itu tiba,
Aku berjanji untuk datang membawa sekebun bunga melati 
yang tengah mekar dan mewangi,
Dan kan ku berikan semuanya untukmu,
Hanya untukmu,     

selamat tinggal Jatinangor,
selamat tinggal kawan-kawan seperjuangan, 
Selamat bertemu di puncak kehidupan selanjutnya,
puncak kemuliaan hidup..


Rabu, 29 Mei 2013

Selalu Skeptis






kenapa setiap niat baik selalu saja ada yang meragui, 
kenapa setiap usaha keras selalu saja ada yang mencibir,

kita melangkah, ada yang mendongak.
kita berhenti, ada yang merangkak.
kita terjatuh, ada yang terbahak-bahak.

ada rahasia, 
di setiap butir persoalan yang kerap kita pertanyakan 
di atas lembaran kertas kehidupan.
ada pertanyaan, 
di setiap kotak rahasia yang kita kunci dan simpan 
rapat-rapat di sudut gudang hidup kita. 
ada apa dengan diri kita?

Senin, 27 Mei 2013

The Dream Team





Pengaturan tim dalam sebuah organisasi adalah hal mutlak yang diperlukan oleh setiap lembaga kemahasiswaan, tidak terkecuali Lembaga Dakwah Kampus. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai mercusuar keislaman mahasiswa sejatinya menjadi indikator seberapa hidup dan aktifnya kader-kader bergerak dalam lansekap pergerakan mahasiswa. Selain harus didukung oleh sistem organisasi yang unggul, Dakwah Kampus harus didukung oleh kader-kader yang mumpuni dalam menjalankan tugas dan kinerjanya sebagai satu kepaduan yang kompak membentuk sebuah tim yang didambakan oleh semua kalangan, sebuah tim impian (The Dream Team). Bisa kita bayangkan, bagaimana jadinya jikalau dakwah kampus tidak memiliki pola pengembangan dan pendidikan yang aplikatif dan unggul ketika dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan klasik mau pun aktual. Tuntutan masa studi yang cepat, misalnya, mengakibatkan sempitnya alokasi waktu yang dimiliki para kader untuk melakukan pengembangan skill dan kompetensi yang dimilikinya. 

Sirkulasi kader yang relatif cepat mengharamkan terjadinya proses kaderisasi yang laun dan lambat, padahal durasi atau lamanya proses kaderisasi sangat mempengaruhi valensi dan mutu kader yang dibina. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh sistem organisasi yang unggul, tidak menutup kemungkinan terlahirlah kader-kader kilat atau yang biasa popular dengan sebutan “kader karbitan”. Disinilah budaya organisasi diuji.  

Tim impian adalah sebuah rumah yang dihuni oleh orang-orang yang memiliki visi dan semangat prima. Mereka dibesarkan dengan etika organisasi yang dipegang teguh untuk dijadikan sebagai komitmen bersama. Mereka dilatih dengan berbagai dinamika kepengurusan yang terjadi tanpa diduga. Tim impian tidak berarti tak mengenal konflik, karena mereka terdiri dari orang-orang unik dengan segudang pemikiran kritisnya. Adu argumentasi adalah hal yang biasa. Mereka hidup dengan konflik yang elegan, yakni konflik yang bersumber karena perbedaan cara pandang dalam kesamaan gagasan. Hal tersebut mudah terjadi karena kritis dan taat adalah dua seragam yang melengkapi kekuatan mereka. Mereka kritis terhadap permasalah-permasalahan yang menimpa mereka, dan mereka taat serta patuh terhadap keputusan bersama. Mentalitas dan kualitas diri mereka sangatlah teruji. Mereka harus pandai menahan arogansi dan eksistansi diri, karena jika tidak maka runtuhlah pondasi kekuatan mereka. 

Ibarat sebuah tim dalam kesebelasan sepak bola, seorang penjaga gawang misalnya, dia hanya bertugas untuk menjaga tiang gawang agar tidak terjadi kebobolan, dia tidak akan berambisi dan tergoda untuk maju untuk melesakkan gol ke gawang lawan, karena ia tahu jika hal tersebut dilakukan, maka ia dan seluruh timnya bisa mendapatkan serangan balik yang secepat kilat akan berujung pada kekalahan tim.

Untuk menjadi tim impian, Dakwah kampus harus memiliki sosok pemimpin yang memiliki karakter yang kuat, disiplin waktu, percaya diri, ambisi, dan penuh visi (strong leadership). Sosok yang penuh kharisma dan wibawa yang kuat, membuat tim bergerak tanpa asas keterpaksaan. Namun sayangnya, tidak semua pemimpin memilki keterampilan memimpin, adakalanya ia menjabat sebagai pemimpin tapi  hanya menjadi simbol  organisasi yang tidak memiliki kekuatan apa pun.  Secara de jure, ia terdaftar sebagai seorang pemimpin, tapi secara de facto, dia tidak memiliki kekuatan apa pun untuk mengatur timnya. Bak pepatah mengatakan bahwa pemimpin tidaklah dilahirkan, tapi ia diciptakan. Ini artinya, keterampilan memimpin bukanlah bakat khas yang dimiliki oleh orang dengan identitas tertentu, bukan pula oleh orang dengan posisi tertentu. Keterampilan memimpin didapat dengan pisau asah yang tajam, proses tempaan yang lama dan berulang. Namun terkadang, kita tidak terlalu sabar untuk menempuh proses panjang dan sulit tersebut.

Setiap diri kita berpeluang untuk memiliki kepemimpinan yang kuat (strong leadership), karena kita dipimpin oleh ide, tidak dipimpin oleh sosok. Artinya, kita semua memiliki ide Islam yang bersumber dari cahaya keimanan, ide Islam yang dituntun oleh Allah swt. Hal tersebut secara langsung akan membentuk kerangka berpikir kita untuk berproses menjalani pembelajaran hidup. 

Sobat,  untuk menjadi pemimpin yang berwibawa dan berkharisma, kita tidak perlu memiliki jenggot yang lebat, tubuh yang kekar dan jangkung. Jadilah pribadi dewasa yang sederhana, yang tidak mencari kesempurnaan di mata manusia. Jadilah pribadi yang mencuri perhatian penduduk langit, pribadi yang tampil apa adanya, namun tiada cela dimata Allah swt. Mari perbaiki niat diri, mari kita berbenah.      

SAYA - DAKWAH KAMPUS - SUKSES!!


Fenfen Fenda Florena – Fisika FMIPA UNPAD 2008
Ketua LDK DKM UNPAD 2011


Senin, 20 Mei 2013

Jalan Yang Tidak Kutempuh


Dua jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan,
Dan sayang aku tak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Kemana kelokannya mengarah dibalik semak belukar;

Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya,
Dan mungkin malah lebih bagus,
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya
Juga telah merundukkan rerumputannya,

Dan pagi itu keduanya sama-sama membentang
Dibawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik.
Oh, kusimpan jalan pertama untuk lain kali
Meski tahu semua jalan berkaitan,
Aku ragu akan pernah kembali.

Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berpuluh tahun mendatang;
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku―
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui,
Dan itu mengubah segalanya.


===Jadilah pribadi yg Dewasa====



ROAD NOT TAKEN
Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;


Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,


And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I marked the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.


I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.


THE END


(Robert Frost - 1916)

Senin, 13 Mei 2013

My Adventure Album

Aku terlahir di Bandung, 17 Agustus 1989 silam
 
Tumbuh menjadi beruang kecil yang mungil 

Bermain dan berkhayal menjadi super hero adalah keahlianku
ku bersyukur karena berada dalam lingkaran kasih sayang keluarga terbaik


Menjadi peserta didik yang taat dan patuh aturan

Jumat, 10 Mei 2013

My Unfinished Fight














Wisuda Gelombang III Tahun Ajaran 2012/2013
Bandung, 08 Mei 2013
      

Minggu, 05 Mei 2013

Aku Ingin




"Aku ingin"
oleh : Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



Sabtu, 04 Mei 2013

Inspiring musical cover




Cukup banyak yang bertanya-tanya, sembari tak sabar untuk menunggu kapan buku "Pendaki Menara Malam" ini terbit. Tenang ya, kawan. sebenarnya, buku ini sudah hampir selesai, kok. Pengerjaannya pun tidak terlalu rumit, karena berlatar seputar perjalanan hidup dan pengalaman saya semasa aktif belajar memimpin di dakwah kampus. Hanya saja mungkin tipologi novel seperti ini tidak akan terlalu cukup heboh di pasaran. Tapi, itu bukanlah masalah besar, menyalurkan passion sembari berbagi inspirasi adalah sebuah sensasi tersendiri bagi saya, itu sudah lebih dari cukup dan itu yang lebih penting.

Nah, sebelum saya kirimkan naskah yang utuh ke beberapa koneksi penerbit, saya ingin berbagi kepada sahabat semua, sebuah musik pengiring yang selalu saya putar di setiap malam ketika menulis novel ini. Sebuah lagu instrumental yang setia mengiringi pikiran saya ketika terhanyut di sungai keindahan langit malam dan selalu terjaga menjaga batas-batas romantika seorang pemuda pekerja keras agar tidak terjatuh ke dalam lubang monoton dan kompleksitas.      

semoga bermanfaat, semoga menginspirasi..

- untuk mendownload, klik gambar ilustrasi atau klik :
http://www.4shared.com/file/Ui09omHo/Pendaki_menara_malam.html


Song :
Do You? by Yiruma

Keyakinanku




Tentang Resignasi
Aku tak perlu merasa terhina
Karena hakikatnya aku tak memiliki pujian

Aku tak perlu merasa kehilangan
Karena hakikatnya aku tak memiliki apa-apa

Aku tak perlu merasa sedih
Karena hakikatnya aku tak memiliki bahagia

semuanya hanyalah rasa.

Aku bukan siapa-siapa, bukan apa-apa; tidak memiliki siapa-siapa, tak punya apa-apa; tidak pula dimiliki siapa-siapa dan apa-apa => kecuali Alloh Swt


Tentang Konfiksi
Aku berfikir untuk “melakukan yang terbaik” tak peduli menang atau kalah
Aku berfikir untuk “menjalani hidup dengan baik” tak peduli nikmat atau susah
Aku mencukupkan diri hanya Mencintai Sang Pemberi nikmat bukan nikmat itu sendiri.

oleh : Fahrur Rozi

Rabu, 01 Mei 2013

Selamat (jalan) Hari Pendidikan Nasional




Sajak Pertemuan Mahasiswa
Oleh : W.S. Rendra  


Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.

Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.

Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.

Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor

tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”

Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :

Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.

Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.

Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.

Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana!


Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi