expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

beres

Senin, 27 Mei 2013

The Dream Team





Pengaturan tim dalam sebuah organisasi adalah hal mutlak yang diperlukan oleh setiap lembaga kemahasiswaan, tidak terkecuali Lembaga Dakwah Kampus. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai mercusuar keislaman mahasiswa sejatinya menjadi indikator seberapa hidup dan aktifnya kader-kader bergerak dalam lansekap pergerakan mahasiswa. Selain harus didukung oleh sistem organisasi yang unggul, Dakwah Kampus harus didukung oleh kader-kader yang mumpuni dalam menjalankan tugas dan kinerjanya sebagai satu kepaduan yang kompak membentuk sebuah tim yang didambakan oleh semua kalangan, sebuah tim impian (The Dream Team). Bisa kita bayangkan, bagaimana jadinya jikalau dakwah kampus tidak memiliki pola pengembangan dan pendidikan yang aplikatif dan unggul ketika dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan klasik mau pun aktual. Tuntutan masa studi yang cepat, misalnya, mengakibatkan sempitnya alokasi waktu yang dimiliki para kader untuk melakukan pengembangan skill dan kompetensi yang dimilikinya. 

Sirkulasi kader yang relatif cepat mengharamkan terjadinya proses kaderisasi yang laun dan lambat, padahal durasi atau lamanya proses kaderisasi sangat mempengaruhi valensi dan mutu kader yang dibina. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh sistem organisasi yang unggul, tidak menutup kemungkinan terlahirlah kader-kader kilat atau yang biasa popular dengan sebutan “kader karbitan”. Disinilah budaya organisasi diuji.  

Tim impian adalah sebuah rumah yang dihuni oleh orang-orang yang memiliki visi dan semangat prima. Mereka dibesarkan dengan etika organisasi yang dipegang teguh untuk dijadikan sebagai komitmen bersama. Mereka dilatih dengan berbagai dinamika kepengurusan yang terjadi tanpa diduga. Tim impian tidak berarti tak mengenal konflik, karena mereka terdiri dari orang-orang unik dengan segudang pemikiran kritisnya. Adu argumentasi adalah hal yang biasa. Mereka hidup dengan konflik yang elegan, yakni konflik yang bersumber karena perbedaan cara pandang dalam kesamaan gagasan. Hal tersebut mudah terjadi karena kritis dan taat adalah dua seragam yang melengkapi kekuatan mereka. Mereka kritis terhadap permasalah-permasalahan yang menimpa mereka, dan mereka taat serta patuh terhadap keputusan bersama. Mentalitas dan kualitas diri mereka sangatlah teruji. Mereka harus pandai menahan arogansi dan eksistansi diri, karena jika tidak maka runtuhlah pondasi kekuatan mereka. 

Ibarat sebuah tim dalam kesebelasan sepak bola, seorang penjaga gawang misalnya, dia hanya bertugas untuk menjaga tiang gawang agar tidak terjadi kebobolan, dia tidak akan berambisi dan tergoda untuk maju untuk melesakkan gol ke gawang lawan, karena ia tahu jika hal tersebut dilakukan, maka ia dan seluruh timnya bisa mendapatkan serangan balik yang secepat kilat akan berujung pada kekalahan tim.

Untuk menjadi tim impian, Dakwah kampus harus memiliki sosok pemimpin yang memiliki karakter yang kuat, disiplin waktu, percaya diri, ambisi, dan penuh visi (strong leadership). Sosok yang penuh kharisma dan wibawa yang kuat, membuat tim bergerak tanpa asas keterpaksaan. Namun sayangnya, tidak semua pemimpin memilki keterampilan memimpin, adakalanya ia menjabat sebagai pemimpin tapi  hanya menjadi simbol  organisasi yang tidak memiliki kekuatan apa pun.  Secara de jure, ia terdaftar sebagai seorang pemimpin, tapi secara de facto, dia tidak memiliki kekuatan apa pun untuk mengatur timnya. Bak pepatah mengatakan bahwa pemimpin tidaklah dilahirkan, tapi ia diciptakan. Ini artinya, keterampilan memimpin bukanlah bakat khas yang dimiliki oleh orang dengan identitas tertentu, bukan pula oleh orang dengan posisi tertentu. Keterampilan memimpin didapat dengan pisau asah yang tajam, proses tempaan yang lama dan berulang. Namun terkadang, kita tidak terlalu sabar untuk menempuh proses panjang dan sulit tersebut.

Setiap diri kita berpeluang untuk memiliki kepemimpinan yang kuat (strong leadership), karena kita dipimpin oleh ide, tidak dipimpin oleh sosok. Artinya, kita semua memiliki ide Islam yang bersumber dari cahaya keimanan, ide Islam yang dituntun oleh Allah swt. Hal tersebut secara langsung akan membentuk kerangka berpikir kita untuk berproses menjalani pembelajaran hidup. 

Sobat,  untuk menjadi pemimpin yang berwibawa dan berkharisma, kita tidak perlu memiliki jenggot yang lebat, tubuh yang kekar dan jangkung. Jadilah pribadi dewasa yang sederhana, yang tidak mencari kesempurnaan di mata manusia. Jadilah pribadi yang mencuri perhatian penduduk langit, pribadi yang tampil apa adanya, namun tiada cela dimata Allah swt. Mari perbaiki niat diri, mari kita berbenah.      

SAYA - DAKWAH KAMPUS - SUKSES!!


Fenfen Fenda Florena – Fisika FMIPA UNPAD 2008
Ketua LDK DKM UNPAD 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar